Dalam abad digital, apa sih yang tidak bisa dilakukan secara virtual? Saat pandemi justru makin mempertajam kemajuan dunia digital. Tahun lalu, populer dengan istilah "Lebaran Virtual". Tahun ini kembali muncul Bukber Virtual. Bukber lho ya, bukan bokber alias bobok bareng. Nanti bisa bersaing dengan yang 19 detik.
Sudah dua tahun ini kami teman-teman ex SMA di kota Semarang tidak melangsungkan reuni. Tahun depan bila tidak ada reuni lagi kami bisa bersaing dengan bang Thoyib yang tiga kali lebaran tidak pernah bertemu keluarga.
Saya dihubungi beberapa teman, yang meminta usulan guna mengadakan acara reuni virtual. Karena berada di bulan Ramadan, sekalian saya usulkan temanya Bukber alias Buka Bersama. Kebetulan ada beberapa teman yang bersedia.menjadi sponsor atau donatur dengan menyiapkan dana 150 ribu Rupiah per keluarga guna menyiapkan santapan Buka Puasa. Hal ini mengingat tidak semua teman ex SMA menjadi orang sukses. Minimal dengan adanya donatur ini, semua peserta dapat menyediakan hidangan yang setara secara nilai Rupiah.
Beberapa hari sebelum hari H atau hari dilaksanakannya Bukber Virtual, kami.menyebarkan pengumuman atau woro-woro dan sambutannya cukup melegakan. Semula bila yang setuju Bukber Virtual hanya beberapa orang kami berencana menggunakan video conference atau video call saja. Namun karena peserta yang mendaftar ternyara 100 orang lebih, maka kami memutuskan menggunakan aplikasi video meeting seperti Zoom, Webex, Google Meeting atau sejenisnya. Akhirnya disetujui menggunakan Zoom karena lebih familiar dan dipahami pengunaannya oleh banyak peserta. Mengingat Bukber Virtual harus ada persamaan waktu, maka.kami terpaksa mengeliminasi calon peserta yang berdomisili di wilayah waktu Indonesia Tengah dan Timur serta yang berdomisili di luar negeri.
Uniknya, acara ini juga diikuti oleh teman-teman ex SMA yang non muslim yang tentu tidak melakukan buka puasa, tetapi makan malam saja. Memang sejak dulu kami sudah terbiasa dalam ikatan toleransi yang kuat.
Sekitar jam 17.00 WIB laman Zoom sudah dibuka chat roomnya, suasana langsung riuh rendah karena semua ingin bicara guna melepas kerinduan terhadap sesama teman. Tepat jam 17.30 celoteh terpaksa dihentikan dengan cara menon aktifkan mikrofon dan hanya mikrofon pembawa acara yang aktif. Pembawa acara langsung mempersilakan seorang ustad mentampaikan kultum secara virtual. Setelah kultum selesai, guna menunggu azan Magrib yang menandakan waktu untuk berbuka puasa, kami mengadakan kuis Tebak Wajah. Pertama ditampilkan mata, lalu mulut, lalu telinga dan terakhir muncul seraut wajah utuh. Seluruh peserta boleh menebak, siapa cepat dan menjawab benar, berhak mendapat hadiah paket makanan yang dijual peserta juga. Jadi motto reuni virtual atau Bukber Virtual ini 'Dari Kita Untuk Kita'.
Saat waktu berbuka puasapun tiba, setelah masing-masing membatalkan puasanya dengan menyesap minuman masing-masing, dilanjutkan dengan saling pamer menu buka puasa masing-masing. Ada yang menunjukkan rendang, empal gentong, nasi pecel, makanan vegetarian hingga pizza. Tak lupa saling pamer takjil dari es campur, es blewah, kolak dan bubur biji salak.
Yang bisa pamer dengan mudah adalah.mereka yang menggunakan telepon pinrar, sedangkan mereka yang memakai notebook agak kerepotan mengatur kameranya. Acara Bukber Virtual segera kami akhiri untuk memberi kesempatan melaksanakan sholat Magrib dan Tarawih.
Rupanya banyak yang belum terpuaskan ketemu teman-teman secara virtual dan dalam waktu yang singkat,.maka diusulkan mengadakan Bukber Virtual lagi tiga hari menjelang Lebaran.
Ini pengalamanku mengadakan Bukber Virtual, bagaimana serunya pengalaman Anda? Yuk saling berbagi.