Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Saatnya Memberi

Diperbarui: 12 Februari 2021   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memberi (sumber: umma.id)

Di kalangan warga Tionghoa, Tahun Baru Imlek adalah saat yang tepat untuk memberi. Bagi mereka yang sudah dianggap dewasa, ditandai dengan sudah bekerja tetap dan membentuk keluarga baru wajib memberikan angpau, uang di dalam amplop merah. Angpau juga diberikan dari anak kepada orang tua yang sudah tidak bekerja lagi. Atau dari pimpinan kepada anak buahnya.

Naluri memberi juga dialami oleh Marquis de Lafayette seorang perwira militer dan pemilik banyak perkebunan di Perancis. Pada tahun 1783, Perancis mengalami gagal panen di seluruh sektor pertanian. Hanya pertanian Lafayette yang tidak terpengaruh gagal panen. Salah satu pekerjanya memberikan saran yang tampaknya baik, ia berkata, "Panen yang buruk membuat harga gandum naik. Ini adalah saatya untuk menjual." Lafayette tidak setuju dan berkata, "Tidak, inilah saatnya untuk memberi."

Memang sikap Lafayette bertentangan dengan hukum ekonomi, ia tidak mau mencari keuntungan pada saat orang lain kesusahan. Lafayette lebih fokus pada penderitaan yang dialami banyak petani. Ini adalah salah satu contoh sikap memberi pada saat yang tepat.

Sikap untuk menimbun dan mendapatkan lebih banyak keuntungan, adalah sikap menguntungkan diri sendiri dan sikap egois yang berbahaya, untuk mencegah sikap yang berbahaya ini hanya dapat dilawan dengan mau menjadi pemberi yang murah hati. Hal ini juga yang diyakini oleh teolog John Wesley. Ia memiliki prinsip untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, untuk kemudian memberi dan membagikan sebanyak-banyaknya. Mungkin hampir mirip dengan kisah perampok budiman Robin Hood yang merampok harta orang kaya untuk dibagikan kepada orang miskin.

Sikap memberi adalah sikap baik. Suatu pemberian tidak terbatas pada hal-hal materiil saja. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk tidak memberi. Bahkan orang yang merasa miskin harta, masih dapat memberi, contohnya memberikan bantuan berupa pertolongan. Ayo jadikan sikap "memberi" sebagai gaya hidup Anda.
 
Apa yang membuat Anda enggan untuk memberi?
Mulailah memberikan sesuatu mulai kepada orang terdekat Anda lalu meluas kepada komunitas dan sesama manusia. Tanpa memandang agama, suku atau ras.

Adalah seorang asal Taiwan yang sangat welas asih, panggilannya Master Cheng Yen ternyata seorang wanita dan senang memberi. Dia mendirikan Yayasan Buddha Tsu Chi. Yayasan ini dalam memberikan bantuan tanpa pilih-pilih dan selalu berusaha datang paling awal. Sematkan motto "Tiada hari tanpa memberi." Dalam kehidupan Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline