Nama Taufik Hidayat tentu tidak asing lagi bagi para Kompasianer, tetapi orang lebih mengenal nama pena-nya yaitu Taufik Uikes. Uieks bukanlah nama marga bagi pria kelahiran Sumatera Selatan kelahiran tahun 1961 melainkan kependekan dari UI, Ekonomi Syariah agar bisa membedakan dengan nama kampiun bulutangkis Indonesia.
Sebagai lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Taufik kemudian banyak bekerja di beberapa perusahaan penerbangan sebagai teknisi pesawat.
Pada saat bertugas ke suatu negara, Taufik lebih senang sholat di masjid sambil melihat budaya dan arsitektur masjid. Hobinya jalan-jalam didukung adanya tiket diskon sehingga memperbanyak kesempatannya untuk mengunjungi masjid.
Sebagai seorang Kompasianer sejak 2011 yang hobi menulis setiap pulang dari bepergian Taufik selalu menuliskan kisah perjalanannya. Karena sudah terkumpul tulisan cukup banyak, maka Taufik timbul niat untuk membukukannya.
Buku pertama berjudul "Mengembara Masjid Di Dunia", buku keduanya adalah cetak ulang buku pertama dengan penerbit berbeda dengan judul "1001 Masjid di 5 Benua". Pada buku pertama dan kedua ini terdapat kisah perjalanan ke 50-60 masjid.
Menurut pengalamannya masjid paling mewah adalah masjid di Abu Dhabi. Masjid paling indah adalah masjid di Brunei. Taufik juga nengagumi masjid di Paris yang pernah menjadi tempat persembunyian bangsa Yahudi.
Masjid di Rwanda Afrika pernah menjadi tempat berdamai dua suku yang saling bunuh. Taufik paling suka dengan masjid Aya Sophia di Turki.
Melalui perjalanannya Taufik dapat nengetahui bahwa negara Belgia adalah negara dengan penganut Islam terbesar di Eropa. Kisah paling menarik bagi Taufik saat mencari masjid di Athena, sampai sempat menjadi marbot. Pengalaman mengunjungi masjid di Xiamen RRC pernah dijamu minum teh.
Taufik yang saat ini juga menjadi dosen, sedang menyiapkan buku ketiganya berjudul "Jejak Langkah Menuju Baitullah". Pada buku ke tiga ini Taufik akan berkisah tentang kesan perjalanannya mencari masjid di Jepang yang penduduknya sangat ramah sehingga Taufik diantarkan hingga ke depan madjid.
Uniknya meski sudah beberapa kali ke Swiss, Taufik belum sempat mengunjungi masjid di Swiss.