Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Dengan Mengurangi Sampah Lingkungan, Mengurangi Kepusingan Pemprov

Diperbarui: 9 Desember 2019   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu Gerbang KBA Rawajati (dokpri)

Selama ini hampir semua Pemprov (Pemerintahan Provinsi), Pemkab (Pemerintahan Kabupaten)  maupun Pemkot (Pemerintahan Kota) tak luput dari kepusingan kekurangan lahan yang harus digunakan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kasus yang paling mengerikan adalah saat Pemkab Bekasi melarang Pemprov DKI Jakarta membuang sampah warga ibukota ke luar kota Jakarta, akibat melubernya tumpukan sampah di TPA Bantar Gebang, Jakarta Timur.

Solusi yang dapat mengatasi kepusingan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota adalah dengan mengedukasi warga agar lebih peduli terhadap masalah sampah di lingkungannya. Misal dimulai dengan penempatan sampah dalam tiga tempat sampah berbeda, untuk sampah basah, sampah kering dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).

Tiga Tempat Sampah (dokpri)

Belajar dari Rawajati
"Kesadaran dan kepedulian warga terhadap masalah sampah, diatasi dengan mendirikan Bank Sampah", salah satu penjelasan dari Sylvia Ermita, Ketua Bank Sampah Rawajati. Setiap menceritakan program Bank Sampah mata Sylvia berbinar-binar dan tak bosan-bosannya mengulang penjelasan atas setiap pertanyaan yang diajukan para blogger dalam kunjungan ke Komunitas Berseri Astra (KBA) Rawajati, akhir pekan lalu (7 Desember 2019).

Sylvia Ermita, Ketua Bank Sampah Rawajati (dokpri)

Bank Sampah di Rawajati mulai didirikan tahun 2008 sebagai wujud dari hasil studi banding di Lembang yang dipelopori almarhum pak Sam. Setelah pak Sam wafat, Sylvia dan teman-temannya melanjutkan Bank Sampah yang telah berdiri di Rawajati.

Warga Rawajati mulai membuat taman di tengah pemukiman warga. Sejak 2013 Bank Sampah Rawajati dipimpin oleh Sylvia Ermita. Menurut penjelasan Sylvia, kendala Bank Sampah adalah nasabahnya masih sedikit, hanya sekitar 700-an dan kebanyakan ibu-ibu rumah tangga.

Bank Sampah Rawajati (dokpri)

Pada tahun 2013 masuk bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun yang sama, Astra membantu mesin pencacah sampah.

Rata-rata setiap bulan, Bank Sampah Rawajati menerima 4,7 ton sampah rumah tangga, 3,2 ton sampah organik, dan 1,5 ton sampah anorganik. Sampah disetor oleh nasabah dan hasilnya dicatat pada buku tabungan. 

Bila jumlah besar, dapat diambil oleh kru pengangkut sampah dengan gerobak motor. Baru-baru ini KBA Rawajati menerima bantuan dua unit gerobak motor dari Dinas LH.

Gerobak Motor (dokpri)

Sampah rumah tangga diolah dengan pembuatan biopori. Dengan pembinaan Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan, dibentuk Kelompok Tani "Benih Jati" yang menanam apotik hidup dan sayuran, seperti jintan,  jahe, pakis, temulawak dan lain-lain.

Apotik Hidup (dokpri)

Sebagai gambaran sampah yang masih memiliki nilai ekonomis adalah sampah kertas (kardus, koran, kotak makanan, kertas buram, karton, kertas HVS, bungkus rokok, buku dan kalender), sampah plastik (tas plastik / kresek, kantong plastik, botol / gelas minuman plastik, ember plastik, botol shampoo, mainan anak, pipa pralon, karpet, peralatan plastik yang tidak berlapis aluminium foil)  dan sampah logam-kaca (kaleng, seng, paku, besi beton, kran air, botol kaca, gelas kaca, piring kaca, barang berbahan logam / kaca). 

Harga beli Bank Sampah (sewaktu-waktu bisa berubah), kardus 1.100 per kg, koran 1.100 per kg, aluminium 5 ribu per kg, botol plastik 1-2 ribu per kg, gelas plastik 3 ribu per kg, buku 500 per kg, besi 2 ribu per kg, broncos 300 per kg dan gabruk 1.000 per kg. Tabungan sampah yang sudah dikonversai ke nilai uang, dapat diambil kapan saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline