Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Setengah Abad Kikugawa Japanese Restaurant di Indonesia

Diperbarui: 20 November 2019   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu Masuk Kikugawa (dokpri)

Tahukah Anda rumah makan Jepang yang pertama kali dibuka di Indonesia? Jauh sebelum waralaba Hokben, Sushi-Tei, Yoshinoya, Marugame  dan rumah makan Jepang lainnya bertebaran di mall-mall atau Little Tokyo di kawasan Melawai di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Rumah makan Jepang pada umumnya menjajakan mie Jepang yang disajikan dalam tiga cara, yakni Ramen yang disajikan dengan kuah, Soba yang disajikan kering hanya dipadu dengan cuka dan minyak cabai, dan Tsukemen yang disajikan terpisah antara mie dan kuahnya. Selain itu ada mie dengan ukuran diameter yang lebih besar atau gemuk yang disebut Udon. Selain itu ada rumah makan dengan spesialisasi sashimi dan sushi, yakiniku, tempura,  sukiyaki dan kari Jepang.

Kikugawa

Kikugawa boleh mengklaim sebagai rumah makan Jepang pertama di Indonesia. Dibuka pada bulan November 1969 oleh Mr dan Mrs Kikuchi Surutake di sebuah rumah di jalan Cikini IV no. 13, Jakarta Pusat.

Kikugawa adalah rumah makan Jepang yang menawarkan nuansa santai dan otentik khas Jepang rumahan di sebuah jalan kecil yang cukup terpencil dengan lalu lintas yang cukup padat . Bila Anda belum pernah ke sana, Anda mungkin bisa terlewat, karena tidak ada billboard yang mencolok.

Bentuknya seperti rumah biasa atau pribadi bila dilihat dari tepi jalan, hanya tersedia area parkir sekitar 4-5 mobil berupa batu-batu kerikil. Terdapat papan nama kecil dari kayu berwarna kuning yang sederhana dan tidak terlalu mencolok bertuliskan "Kikugawa, Japanese Restaurant". Bila Anda sudah memarkirkan mobil, baru terlihat bangunan seperti rumah pribadi orang Jepang.

Setelah Anda melalui sebuah taman kecil yang tertata rapi, tampaklah sebuah pintu dengan lukisan Jepang. Setelah Anda melewati pintu masuk, Anda melihat deretan meja makan dari bambu dengan kursi rotan, terbagi dua antara meja kecil untuk 2-4 orang dan meja besar untuk 4-6 orang yang dibatasi dengan tori (pilar kayu berwarna merah).

Di bagian depan terdapat meja tempat pramusaji berbaju batik  menunggu pengunjung sekaligus berfungsi sebagai kasir. Di depannya terdapat pernak pernik dekorasi Jepang berupa payung, ornamen bambu, kaligrafi Jepang, guci keramik, boneka, lukisan dan patung Jepang. Langit-langit cukup rendah dengan lampu yang cukup terang di pasang di bagian langit-langit yang menambahkan kesan otentik dan klasik.

Di bagian dalam terdapat meja makan bagi pengunjung yang merokok. Dekorasinya tidak mengarah ke rumah makan mewah, tetapi lebih mengarah ke suasana homey namun tetap cozy. Dengan latar musik instrumental Jepang yang mengalun lamat-lamat menambah kesan jadoel rumah makan ini.

Suasana ruang makan (dokpri)

Yang perlu Anda perhatikan adalah Jam bukanya, beberapa kali saya ke sana dan sedang tutup (istirahat) karena rumah makan menerapkan jam buka 11.30 hingga 15.00 WIB, dan 17.30 hingga 22.00 WIB. Dengan waktu istirahat jam 15.00 hingga 17.30 WIB.

Bila Anda ingin berkunjung pada akhir pekan, disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dulu daripada kecewa karena tidak mendapatkan tempat. Bila Anda berkunjung pada hari biasa yang tidak terlalu padat, bila beruntung, Anda bisa berbincang dengan sang pengelola orang Jepang, yang tidak segan menyapa pengunjung untuk menanyakan cita rasa masakan yang dihidangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline