Dulu, ketika almarhum nenek saya masih hidup, tiap pulang sekolah sudah tersaji segelas kopi susu di meja makan. Bila saya ingin menyeruput dalam kondisi panas, saya bisa langsung menyeruputnya. Sedangkan bila udara panas dan ingin minuman dingin tinggal menambahkan es batu dari kulkas.
Kopi Susu Jadoel
Kopi Susu yang disajikan almarhum nenek saya, nyaris serupa dengan kopi susu yang kini disebut kopi susu jadoel. Contoh paling mudah, carilah kopi susu yang dijual oleh gerai kopi Tak Kie atau Kong Djie. Ciri khasnya, pada sesapan terakhir pasti tersisa ampas kopi di dasar cangkir atau gelas.
Bedanya dengan kopi susu buatan almarhum nenek saya, susu yang digunakan adalah susu sapi segar yang diperoleh dengan cara berlangganan pada pemilik sapi perah, yang setia mengirimkan botol susu sapi segar ke pelanggannya.
Di kota-kota besar demi alasan kebersihan, pengusaha susu sapi segar sudah banyak yang tergusur ke pinggir kota, ke kota kecil atau menutup bisnisnya. Susu yang digunakan pada kopi susu kekinian lazimnya dari kotak susu full cream siap saji (dairy milk).
Kopi yang digunakan almarhum nenek saya, dibeli di pasar dalam kondisi sudah tergiling, jadi sudah siap diseduh dengan air panas atau membeli dari pedagang kopi keliling yang menggiling kopi di depan pembelinya. Karena menyeduh kopi secara manual atau istilah populernya kopi tubruk, pada dasar gelas atau cangkir pasti tersisaa ampas kopi.
Kopi Susu Kekinian
Pada gerai kopi susu kekinian, kopi susu disajikan dalam beberapa pilihan seperti cappucino, latte, machiato atau variasi lainnya. Susu yang digunakan adalah susu siap saji yang dicampur dengan satu atau dua slot kopi espresso. Kopi espresso adalah kopi yang dibuat dengan mesin. Ciri khasnya pada dasar gelas atau cangkir sudah tidak ada ampas kopi.
Pada kopi susu kekinian pada bagian atas ditambahkan busa susu (foam) yang dapat dibentuk menurut keinginan barista yang menguasai seni latte (latte art). Ada yang berbentuk bunga, daun, hati dan lain-lain.