Senado Square atau Largo do Senado selalu ramai dikunjungi wisatawan, karena termasuk salah satu ikon bagi kota Macau. Lapangan yang cukup luas yang dikelilingi gedung-gedung kuno berarsitektur Eropa dengan warna-warna vintage, yang kebanyakan diisi toko-toko yang menjual produk-produk branded, serta diselang-seling dengan penjual cindera mata khas Macau, maupun penjual minuman dan camilan seperti kue-kue dan dendeng.
Di salah satu gerai terdapat warung bakmi empat lantai, tepatnya di 17 Largo do Senado, Avenida de Almeida Ribeiro. Namanya warungnya "Wong Chi Kei", warung sederhana berpendingin ruangan ini menempati tiga lantai untuk tempat makan tamu-tamunya, dan luar biasanya selalu ramai, dan hebatnya pula, para tamu bersedia menunggu dalam antrean yang cukup panjang. Saking ramainya, kadang-kadang tamu yang datang dalam jumlah sedikit meski tidak saling kenal "dipaksa" digabungkan dalam satu meja. Agar tidak membingungkan dalam pembayaran nantinya, ditandai dengan menambahkan huruf A pada nomor meja, misal 301 dan 301A. Kode 3 adalah untuk lantai 3.
Pada mulanya, saya cukup kesulitan untuk menemukan warung makan ini, karena tulisan "Wong Chi Kei"-nya sangat kecil, yang besar justru tulisan dalam aksara Mandarin. Warung bakmi ini asalnya dari Kanton, pemilik generasi pertama belajar cara membuat bakmi dari salah satu generasi penerus tokoh penemu bakmi di Tiongkok. Kini warung bakmi "Wong Chi Kei" sudah memasuki generasi ke tiga dan sudah memiliki tiga cabang lain, yakni satu di Macau dan dua di HongKong. Bakminya halus hampir mirip ukuran bihun, hanya lebih besar sedikit diameternya.
Menu bakmi yang paling populer adalah Braised Noodle with Shrimp Eggs atau Shrimp Roe Noodles, yakni bakmi yang ditaburi telur udang yang tampilannya mirip cabe kering, dan rasanya seperti ebi. Harga satu porsi bakmi yang populer ini cukup mahal MOP 76, porsinya tidak terlalu besar, tetapi banyak sekali yang memesannya. Mungkin telur udang yang membuat harganya jadi mahal. Lagipula Anda tidak bisa menikmati bakmi hanya dengan telur udang saja, Anda masih perlu memesan pangsit kuah, pangsit goreng atau bakso ikan.
Selain bakmi, "Wong Chi Kei" juga terkenal dengan bubur-nya, ada bubur ikan dan bubur kepiting. Juga tersedia menu lain seperti nasi goreng dan kweetiaw.
Karena hari ini turun hujan, daripada kehujanan, saya melanjutkan mengeksplorasi kuliner Macau, saya melihat pada menu ada sebuah makanan yang merupakan akulturasi dua budaya, yakni budaya Portugis dan Tiongkok, yakni Pork Chop Bun. Penampilannya mirip burger, setangkup roti yang diisi daging babi. Daging babinya diambil dari bagian iga. Semula saya ingin mencari Pork Chop Bun di Tai Lei Loi Kei, karena hari hujan, daripada belum sempat merasakan kuliner ini, maka saya memesannya juga di "Wong Chi Kei". Harganya MOP 36.
Hujan memang sangat mengganggu perburuan kuliner saya hari ini, dua jenis kuliner yang belum saya dapatkan adalah Portugis Cuisine dan Galinha a Africana. Semoga esok hari suasana mendukung guna memenuhi target saya.
(Macau, June 12, 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H