Dulu, sekitar tahun 1990-an, cashless dikuasai oleh kartu kredit. Hanya orang-orang dengan gaji di atas rata-rata yang mampu mendapatkan kepercayaan dari bank untuk memegang kartu kredit. Saat melakukan transaksi, pemegang kartu kredit menyerahkan kartu kredit kepada kasir, kasir menggesek pada mesin electronic data capture (EDC) dan memasukkan nilai transaksi, lalu minta tanda tangan pemilik kartu kredit. Tagihan lazimnya dilakukan pada periode tertentu, maksimum satu bulan dari waktu transaksi.
Seiring kemajuan teknologi kartu kredit yang menambahkan chip pada kartu, kasir tidak perlu menggesekkan kartu kredit pada mesin EDC, namun cukup memasukkan atau menyisipkan pada mesin EDC. Mesin EDC membaca chip, lalu pemilik kartu kredit memasukkan pin.
Dengan teknologi chip pada kartu, berkembang pula kartu debit. Kartu ATM (Automatic Teller Machine) sekaligus berfungsi sebagai kartu debit. Mesin EDC membaca data yang ada didalam chip, lalu secara elektronik memotong saldo pemilik kartu, setelah pemilik kartu memasukkan pin yang benar.
Kini juga dikembangkan kartu uang elektronik, nasabah bank mengisi sejumlah dana pada kartu uang elektronik, lalu menggunakan kartu uang elektronik untuk bertransaksi. Karena nilai uang elektronik dibatasi, maka hanya dapat digunakan untuk transaksi yang nilainya kecil, misal untuk makan di rumah makan / cafe, membayar parkir, membayar biaya tol, belanja di mini market, membayar biaya transportasi TransJakarta dan Commuter Line. Di Indonesia hanya beredar tiga jenis kartu yakni e-money dari Bank Mandiri, e-tap dari Bank BNI dan Flash dari BCA, dan afiliasinya. Penggunaannya cukup menempelkan kartu pada mesin EDC lalu terjadi pemotongan saldo. Untuk menambah nilai kartu uang elektronik dapat dilakukan TopUp.
GO-PAY
Teknologi terus berkembang, bila Anda kebetulan sedang bepergian ke negeri tirai bambu atau Tiongkok, Anda akan melihat transaksi dilakukan melalui gawai. Pemilik gawai memiliki saldo uang di gawainya, lalu saat bertransaksi cukup memindai QR Code pada barang yang dibelinya, dan berkuranglah saldo uang sejumlah nilai transaksi pembelian. Warga Tiongkok menggunakan fasilitas tersebut dari WeChat atau AliPay.
GO-JEK sebagai perusahaan transportasi online, baik kendaraan roda empat (GO-CAR) maupun kendaraan roda dua, kemudian mengembangkan alat pembayaran yang menyerupai WeChat dan AliPay, yang disebut GO-PAY. Hanya caranya agak berbeda.
Pemilik GO-PAY mengisi saldo dana dengan melakukan TopUp, lalu saat memesan jasa GO-CAR atau GO-JEK secara otomatis memotong saldo dana sejumlah nilai transaksi.
Kini fasilitas GO-PAY juga dapat digunakan untuk belanja kuliner, melalui GO-FOOD, pemesanan kuliner secara elektronik yang akan diantar oleh anggota GO-JEK.
GO-FOOD Festival
Pada Pesta Kuliner Raksasa atau GO-FOOD Festival (GFF) yang diadakan sekaligus di 11 kota, GO-JEK memperkenalkan cara belanja kuliner yang praktis dengan GO-PAY. Festvial ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Kuliner Nasional.