Saya baru saja mendapatkan informasi dari seorang teman, bahwa bandar udara Changi Singapore Terminal 4 yang dioperasikan mulai akhir tahun 2017 atau awal 2018 sudah nir-manusia, artinya bandara ini dioperasikan dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence - AI). Kalaupun ada manusia hanya satu saja yang menjaga dan memastikan gerbang pemindaian keamanan berjalan dengan semestinya.
Keberangkatan
Diawali dengan pendaftaran ulang atau check in, Anda cukup mendatangani satu bilik dengan terminal komputer, lalu memasukkan kode pembukuan tiket (booking code). Jadi sama persis bila Anda melakukan web check-in melalui komputer di rumah, di kantor Anda atau melalui gawai Anda. Di sini teknologi tidak terlalu baru, karena mirip pada saat Anda mencetak tiket kereta api di stasiun kereta api, Gambir, misalnya. Karena bandara Changi adalah bandara internasional, maka Anda juga akan diminta memasukkan paspor Anda untuk di pindai. Bila Anda memenuhi syarat untuk terbang, maka mesin komputer akan mengeluarkan atau mencetak kartu layak terbang (boarding pass).
Bila Anda memiliki bagasi, Anda tinggal memasukkan jumlah bagasi, lalu mesin komputer akan mencetak tag bagasi yang berisikan informasi kode pembukuan tiket dan kota tujuan. Lalu Anda harus mengalungkan sendiri pada bagasi Anda, dan Anda harus membawa bagasi Anda ke area peletakan bagasi (bagdrop), dan secara otomatis bagasi akan masuk melalui ban berjalan.
Dengan berbekal kartu layak terbang, Anda sekarang mau memasuki ruang imigrasi, nah disini juga tidak ada manusia sama sekali. Teknologi ini sudah mulai banyak dipakai di Indonesia, hanya saja saat ini masih ada petugas yang memindai QC-code pada kartu layak terbang Anda, dan mempersilakan Anda masuk. Nah, di terminal 4 Changi ini, Anda harus memindai QC-Code sendiri, dan memindai paspor Anda, bila Anda dinyatakan layak terbang, maka pintu terbuka, dan Anda dapat masuk ke dalam, dengan sambutan kalimat "Welcome to the Future". Tidak ada manusia yang akan memberikan stempel pada paspor Anda.
Kemudian Anda harus melewati gerbang pemeriksaan keamanaan (security check gate), nah disini baru tampak ada satu manusia yang tugasnya memastikan alat pemindai bekerja dengan sempurna. Bila ada bawaan yang dicurigai maka alarm akan berbunyi dan petugas akan membawa Anda ke ruang pemeriksaan. Bila Anda tidak membawa barang terlarang, maka Anda dapat berjalan menuju ruang tunggu.
Pada ruang tunggu, disitu terdapat banyak papan tampilan (display board) yang memberikan informasi gerbang keberangkatan, sekarang pun di Indonesia di semua bandara juga ada informasi seperti ini. Bedanya Changi tidak memberikan jasa layanan informasi melalui pengeras suara, bahkan sampai panggilan terakhir (last call) tidak ada lagi. Jadi, bila Anda asyik berbelanja atau berbincang-bincang sambil minum kopi dan merokok di ruang untuk merokok, hampir dipastikan Anda akan ditinggal oleh pesawat. Anda harus disiplin segera menuju gerbang keberangkatan agar tidak terlambat atau salah gerbang keberangkatan.
Sambil menunggu supaya tidak membosankan, Anda dapat berjalan-jalan di toko-toko seperti pada kebanyakan bandara internasional, bermain internet, atau duduk pada kursi pijat sambil menonton acara televisi. Pada jam keberangkatan, Anda harus memindai QC-Code dari kartu layak terbang sendiri, tanpa ada petugas dari maskapai penerbangan yang akan membantu Anda. Semua harus dilaksanakan sendiri, bagi Anda yang bepergian dengan anak-anak, harus lebih terampil, agar tidak kerepotan saat masuk ke dalam pesawat.
Kedatangan
Pada kedatangan, trolly dapat diambil sendiri, dan setelah selesai menggunakan, Anda diminta kesadarannya untuk mengembalikan trolly pada tray yang tersedia. Sejujurnya teknologi ini sudah banyak digunakan pada beberapa bandara internasional lainnya.
Bandara Changi terminal 4 ini sangat mewah dengan desain yang artistik, seperti sebuah mal mewah. Kemajuan teknologi telah mengurangi tenaga manusia untuk bekerja di bandara.