Akhir-akhir ini di luar negeri mulai terkenal istilah Plogging, kependekan dari "pick litter and jogging". Plogging mulai diperkenalkan di Swedia pada tahun 2016,dan berkembang pesat di tahun 2018.
Pada pagi hari, sore hari atau libur akhir pekan, tampak sekelompok pelari yang membawa kantong sampah, dan sambil berlari, mereka berhenti sejenak dan memungut sampah yang ada pada jalur yang mereka lalui.
Ide kreatif ini mestinya bisa diterapkan di Indonesia, khususnya pada kota-kota yang menerapkan program Car Free Day (CFD). Karena pada umumnya, paska acara CFD, para pelari maupun pejalan kaki dengan seenaknya meninggalkan sampah yang membuat kotor lingkungan dan kota.
Bila semua pelari atau pejalan kaki yang berolah raga di sepanjang jalur CFD bersedia membawa kantong sampah, lalu memunguti setiap sampah pada jalur yang mereka lalui, niscaya pada akhir CFD, jalanan sepanjang CFD akan terbebas dari sampah yang berserakan.
Selanjutnya tinggal dipikirkan siapa yang akan menerima kantong-kantong sampah dari para pelari dan pejalan kaki ini. Pertama kali, bisa saja bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Pada pintu-pintu keluar jalur CFD, petugas dari DKPP menerima kantong sampah dan memasukkan ke dalam mobil sampah.
Demi merangsang kesadaran para peserta program CFD, bisa saja nantinya bekerja sama dengan Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) yang membuka booth dan sekaligus dapat memberikan penyuluhan mengenai lingkungan hidup.
Penyuluhan mengenai lingkungan hidup, dapat berupa gaya hidup yang berwawasan lingkungan, cara mengelola sampah, memahami limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) maupun sampah elektronik.
Lebih lanjut nantinya dapat bekerja sama dengan Bank Sampah, agar para plogging juga dapat menikmati keuntungan finansial, yang tentunya dapat meningkatkan kesadaran dan semangat untuk mengumpulkan sampah sambil berolahraga.
Tentunya semangat plogging tidak hanya dilakukan pada CFD saja, melainkan juga dapat dilakukan pada saat para pelari atau pejalan kaki ini melakukan olahraga di lingkungan di sekitar perumahan masing-masing.
Secara pribadi maupun berkelompok, penggiat plogging dapat berolahraga sambil memunguti sampah yang masih berserakan di sekitar perumahannya.
Semangat plogging juga dapat diterapkan di sekolah-sekolah pada saat pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani. Saat mereka berjalan kaki menuju stadion, anak didik dapat memunguti sampah di sepanjang jalan, atau di lingkungan di sekitar sekolah.