Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Mengenal Budaya Cina Benteng di Tangerang

Diperbarui: 10 Februari 2018   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roemah Boeroeng (Dokpri)

Kota Tangerang juga memerah di kala menjelang perayaan Imlek. Apalagi di kota ini akulturasi budaya antara warga Tionghoa dan penduduk lokal sudah terjalin berabad-abad.

Di Tangerang dikenal istilah Cina Benteng, yaitu orang-orang Tionghoa di masa penjajahan Belanda yang tinggal di luar benteng. Warga Tionghoa ini sudah membaur dengan warga lokal sehingga terjadi perpaduan budaya yang kental. Upacara perkawinan warga Cina Benteng merupakan perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi yang dapat disaksikan videonya di Museum Benteng Heritage.

Dalam rangka menyambut tahun baru Imlek, Jakarta Food Traveler membuat program jelajah pecinan Tangerang. Perjalanan di awali dari stasiun kereta api Tangerang, lalu makan pagi di Encim Sukaria. Disini dijajakan kuliner Tionghoa peranakan seperti nasi ulam, nasi uduk dan lontong sayur, juga aneka jajan pasar seperti kue mangkok, bolu kukus, bola ubi, kue talam, pisang goreng,  dan onde-onde.

Setelah melalui lokasi penggilingan kopi jadul, kami blusukan di Pasar Lama. Di dalam Pasar Lama terdapat sebuah klenteng tertua di Tangerang yakni klenteng Boen Tek Bio. Klenteng ini didirikan pada tahun 1684 oleh warga Tionghoa dari Teluk Naga. Klenteng ini digunakan oleh tiga agama, yakni Buddha, KongHuCu dan Tao. Selain klenteng Boen Tek Bio, di Tangerang terdapat dua klenteng lain yakni Boen San Bio dan Boen Hay Bio.

Perjalanan dilanjutkan mengunjungi rumah khas warga Cina Benteng yang kini dilestarikan, dikenal dengan nama Roemboer (Roemah Boeroeng). Semula digunakan untuk sarang burung walet, kini sudah direstorasi untuk memperkenalkan kuliner khas Tangerang.

Didepan Roemboer terdapat rumah pengarang cerita silat yang terkenal Oey Kiem Tiang (OKT).  Kami juga menyusuri tepian sungai Cisadane yang kini sudah dirapikan oleh Pemkot Tangerang. Di sepanjang sungai Cisadane bila sore hari banyak pedagang makanan yang menjajakan dagangannya.

Kami kembali memasuki Pasar Lama untuk berburu beberapa jajan pasar khas Tangerang seperti Es Bun Tin yakni es campur atau es puteri salju dengan sirop khas Tangerang, asinan Langjin khas daerah Sewan, otak-otak, kue doko, putu mawar, sengkulun, jojorong, arem-arem yang isinya daging ayam cincang dimasak kecap, bakso lohwa, dan siomay Tionghoa. Bagi Anda yang ingin membeli kue keranjang atau kue cina juga banyak dijajakan di saat menjelang Imlek.

Salah satu kunjungan yang paling menarik adalah kunjungan ke industri rumahan yang sukses, yakni Toko Kue Berkat, yang memproduksi kue lapis legit premium yang harganya mulai dari 500 ribu Rupiah per loyang bahkan ada yang mencapai harga 1 juta Rupiah. Keistimewaan lapis legitnya adalah penggunaan mentega Wiesjman dan tidak menggunakan putih telur. Pada menjelang Imlek order kue lapis legit memuncak. Menurut Ibu Yani, pemiliknya, kami selalu berbagi putih telur yang tidak digunakannya dalam kemasan kantong plastik kepada tetangga.

Bagi yang belum pernah mengunjungi Museum Benteng Heritage dipersilakan untuk menyaksikan sejarah warga Tionghoa di kota Tangerang. Melalui pesanan khusus, Museum Benteng Heritage bersedia menyiapkan kuliner khas Tionghoa Peranakan seperti lontong cap go meh, misua panjang umur, ayam panggang Benteng dan sate ayam manis atau sate babi.

Oleh-oleh paling tepat setelah Anda jalan-jalan ke Tangerang adalah kecap cap Benteng atau kecap SH, kecapnya orang Tangerang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline