Apa itu picnic tour? Lazimnya piknik adalah bepergian bersama keluarga atau teman dengan membawa bekal dari rumah untuk disantap di tempat tujuan. Bekal dapat disiapkan salah satu peserta maupun sistem potluck, tiap peserta membawa makanan, yang nantinya disantap bersama. Sedangkan tour adalah perjalanan yang dipandu seorang pemandu wisata yang menjelaskan sejarah, budaya dan kuliner khas daerah yang dikunjungi.
Picnic Tour
Nah, Picnic Tour adalah sebuah gagasan baru yang baru diterapkan oleh Jakarta Food Traveler. Jakarta Food Traveler adalah komunitas yang anngotanya suka jalan dan suka makan. Yang sering dilakukan oleh komunitas Jakarta Food Traveler adalah Wisata Kuliner, ada destinasi yang dituju lalu mengeksplorasi kuliner khas di daerah itu. Misalnya, tour ke Glodok, sambil menikmati pia Lo Beijing, vegetarian food, mie Belitung. Kopi Tak Kie dan Pantjoran Tea House. Atau tour Kwitang-Senen, sambil mencicipi kue jadul, ice cream Baltic, yoghurt Cimory, nasi kapau dan coto Makassar.
Karena anggota komunitas Jakarta Food Traveler, sebagian besar juga memiliki hobby memasak, maka timbullah ide untuk membuat Picnic Tour. Lagipula masakan yang dikuasai anggota komunitas ini bervariasi, ada kuliner khas daerah di Indonesia dan ada yang kuliner mancanegara.
Jadi, pada Picnic Tour, peserta boleh memasak masakan yang khas, diusahakan saling berbeda agar tidak saling bersaing. Dikemas supaya praktis dibawa dan dipersilakan menentukan harga yang pantas dan memiliki daya beli agar masakan yang disiapkan laku terjual.
Picnic Tour yang pertama diberi jejuluk Tour Petamburan, dengan destinasi ke mausoleum OG Khauw, makam Jepang, makam Yahudi dan museum tekstil. Tempat makan ditentukan di mausoleum dan gazebo museum tekstil.
Setelah peserta tour mengeksplorasi TPU Petamburan, kembali berkumpul di mausoleum, barulah peserta yang membawa masakan menjajakan makanan yang dibawanya. Ada yang menjajakan Nasi Goreng Kimchi (Korea) seharga Rp. 35 ribu Rupiah, Cumi Goreng Bumbu Thailand, Udang Goreng Telur Asin, Martabak Rendang dan Singkong Goreng Sambal Roa.
Setiap penjual dipersilakan mempromosikan masakan masing-masing, dan peserta tinggal menilai dan menentukan memilih masakan sesuai selera masing-masing. Luar biasa, semua masakan terjual habis, tentunya hal ini disebabkan perhitungan harga yang sesuai dengan daya beli peserta.
Ada yang langsung disantap di mausoleum, ada pula yang disantap di gazebo museum tekstil. Pokoknya jualan makanan ala bazaar terjual habis dan tidak ada peserta yang mengeluh dengan kualitas makanan yang ditawarkan. Penjual puas, konsumen juga puas.
Keuntungan bagi peserta Picnic Tour yang menjual makanan diantaranya: menampilkan kuliner khas daerahnya, menunjuukan keahliannya, memberi kepuasan bagi dirinya, biaya tour terbayarkan bahkan mampu untuk membeli makanan yang dijajakan peserta lain (tentunya bila makanan yang dibawanya telah terjual habis). Bagi peserta Picnic Tour yang tidak berjualan juga ada keuntungannya yakni pengeluaran untuk membeli makanan lebih kecil, karena harga food bazaar tidak memperhitungkan sewa tempat, listrik, air dan pelayan. Hal utama yang perlu ditanamkan pada peserta Picnic Tour hanya soal kepedulian atas sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H