Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Danamon Menginspirasi Tampilnya Sineas Perempuan di Kancah Perfilman Nasional

Diperbarui: 29 Juni 2017   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama (dokpri)

Setelah dua komunitas Kompasiana melakukan kiprahnya bersama Danamon, Sabtu 6 Mei 2017 giliran Komik sebagai komunitas ke tiga menggelar acaranya. Dengan topik yang agak meleset sedikit waktunya, karena acara di gelar bulan Mei, namun topiknya sekitar film nasional (Hari Film Nasional, 30 Maret), perempuan (Hari Perempuan Sedunia, Maret) dan menampilkan tokoh perempuan yang lebih tepat pada bulan April (Kartini).

Meski begitu acara secara keseluruhan berlangsung sukses, mulai dari pendaftaran peserta, live IG, talk show peran perempuan dalam perfilman nasional, live FB, pengenalan Kartu Danamon Flazz, pengenalan Jaringan Prima, hingga nonton bareng (nobar) film nasional.

Dengan mengambil tema "Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali Dikancah Perfilman Nasional", maka ditampilkan nara sumber perempuan-perempuan hebat, yakni Swastika Nohara, penulis skenario film "3 Srikandi" dan Balda Zain Faiziyyah, blogger film dengan blog ulasanfilm21.

Acara dilangsungkan di Lau's Kopi, Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan. Tentang Lau's Kopi, simak tulisan "Kuliner Melayu di Resto Nyaman".

Disinilah keseruan itu muncul, dan mengalir sampai acara selesai. Diawali dengan presensi, peserta diganjar kartu Danamon Flazz Edisi Reguler (Mercu Suar) dan tas apik, serta diminta memilih menu makan siang dari tiga pilhan yang tersedia.

Sineas Perempuan

Dipandu pembawa acara Dewi Puspasari, yang juga admin komunitas Komik, berhasil menghidupkan suasana sepanjang dua jam talk show dengan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas kepada ke dua nara sumber. Talk show yang langsung menampilkan ke dua nara sumber, dibuka dengan tanya jawab seputar perempuan dalam perfilman nasional. Terungkap bahwa pada perkembangan 20 tahun terakhir, perfilman nasional mulai membaik dan eksplorasi lebih kaya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Dari sekian banyak film nasional belum banyak yang bisa bersaing di kancah internasional. Untuk melawan film-film produksi Hollywood sangat jauh dari sisi marketingnya. Film nasional sudah bisa masuk nominasi, bahkan mendapatkan penghargaan pada beberapa festival film internasional. Film-film yang mewakili perempuan masa lampau seperti Kartini, Tjoet Nyak Dien sangat menginspirasi wanita Indonesia. Film "Kapan Kawin" sangat menarik dari sisi perempuan yang aktif, namun toh masih takut pada keputusan orang tuanya.

Nara sumber (Dokpri)

Mengenal Penulis Skenario Perempuan

Swastika mempresentasikan sejarah perempuan dalam perfilman nasional. Dulu posisi perempuan dalam film nasional selalu sebagai obyek, seperti pada "Inem Pelayan Sexy", "Budak Nafsu", dan "Gadis Malam" yang mengumbar paha dan dada, sehingga memunculkan istilah artis "bom sex".

Beberapa film tentang perempuan maupun hasil karya  perempuan yang berhasil mencatat prestasi unggulan diantaranya Roekiah dengan "Terang Boelan" (1937), Ratna Asmara, sutradara "Sedap Malam" (1950), Titien Sumarni dengan "Seruni Salju" (1951), Citra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati iskak dengan "Tiga Dara" (1956), serta Christine Hakim dengan 1973 "Cinta Pertama" (1973) dan "Tjoet Nyak Dien" (1988).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline