Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Reportase "Coffee Talk"

Diperbarui: 28 September 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hotel Discovery Ancol bersama Opal Coffee telah menyelenggarakan acara "Coffee Talk" (Bicara Kopi) pada hari Minggu 27 September 2015.

Tampil sebagai pembicara tunggal, Michael Wongso (General Manager PT Opal Coffee Indonesia, Coffee Master dan Wakil Ketua Asosiasi Kopi Indonesia). Sebagai salah satu pakar kopi di Indonesia, Michael berbicara dengan penuh semangat, yang mencitrakan bahwa benar dampak dari minum kopi salah satunya adalah meningkatkan performa otak dan fisik.

Sejarah Kopi

Diawali dengan bicara tentang sejarah kopi yang ditemukan pada abad ke 8 Masehi di tanah Arab, ketika Kaldi seorang penggembala kambing menyaksikan kambingnya berubah aktif setelah memakan biji cherry tanaman kopi. Diapun mencobanya dan merasa bersemangat. Proses sangrai biji kopi dimulai pada abad 10 Masehi di tanah Arab dan disterilkan (tidak mengizinkan biji kopi keluar dari tanah Arab dengan cara direbus). Baru pada abad 16 tanaman kopi berhasil ditanam di luar Arab, setelah orang India berhasil menyelundupkan biji kopi keluar dari tanah Arab.

Sejarah kopi di Indonesia diperkirakan mulai di tanah Jawa, biji kopinya dibawa oleh para pedagang VOC, dan hingga saat ini Indonesia berhasil memproduksi 500.000 metric ton kopi setiap tahun, dengan komposisi 25% kopi Robusta dan 75% kopi Arabica. Dua puluh lima persen produk kopi ini dikonsumsi masyarakat Indonesia, dan sisanya di ekspor. Saat ini Indonesia adalah negara produsen kopi dunia nomor 3-4, dibawah Brazil dan Vietnam. Negara yang saling silih berganti saling menyalip adalah Columbia.

Daerah penghasil kopi di Indonesia selain pulau Jawa, adalah Aceh (kopi Sumatera, kopi Mandailing dan kopi Gayo), Sumatera Utara (kopi Lintong, kopi Sidikalang), Lampung, Bali, Flores, Papua (PNG coffee) dan Toraja.  Satu-satunya basis kopi Robusta adalah Lampung, karena kopi adalah tanaman dataran tinggi, sedang Lampung berada 800 meter dibawah permukaan laut (DPL), tidak cocok untuk menanam kopi Arabica yang mensyaratkan lokasi diatas 1200 meter DPL.

Cara Mengolah Kopi

Faktor pertama adalah pembibitan, bibit kopi adalah biji kopi yang telah dibersihkan, kemudian ditanam pada lahan pasir. Pada dua bulan pertama sudah muncul serupa kecambah disebut fasa Serdadu, tiga bulan pertama kepala kecambah gugur disebut fasa Kepelan. Lalu dilakukan pemindahan ke polybag hingga selama 7-8 bulan, setelah itu baru dipindahkan ke lahan tanam permanen.

Seperti telah dituliskan diatas, tanaman kopi adalah tanaman dataran tinggi. Patut diperhatikan jenis kopi yang ditanam, pada dataran yang kurang tinggi lebih cocok untuk jenis kopi Robusta, sedangkan yang lebih tinggi sangat cocok untuk jenis kopi Arabica. Tanaman kopi harus dicegah terkena sinar matahari langsung, untuk itu biasanya ditanam tanaman pelindung, misalnya lamtoro.

Pada tahun ke tiga, buah kopi mulai keluar, namun tidak dijual, normalnya baru mulai tahun ke lima yang optimal untuk dijual, karena rasanya sudah stabil.

Pada musim panen kopi, bila buah kopi yang berwarna merah saja yang dipetik, akan mampu menghasilkan panen dua kali setahun. Di Sumatera, panen kopi biasa berlangsung pada Maret-April dan September-Oktober.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline