Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Kampanye Pilpres Dari Perspektif Marketing

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila capres-cawapres yang sedang dicalonkan disetarakan dengan produk / jasa, maka masa kampanye adalah masa mempromosikan produk / jasa yang dilempar ke pasar.

Bila ingin menguasai pasar (masyarakat), maka harus dilibatkan pakar pemasaran guna meningkatkan brand awareness dari capres-cawapres, agar dapat menyentuh akal (mind) dan emosi (heart) dari masyarakat.

Maka masing-masing tim sukses capres-cawapres harus memahami 5P. (Product, Price, Positioning, Place dan People) saat berkampanye.

Sama halnya dalam pemasaran produk / jasa, maka pakar pemasaran dalam tim sukses wajib mengetahui 5P dari pesaingnya.

Yang pertama, tim sukses harus mampu menunjukkan kelebihan capres-cawapres yang diusungnya, tanpa menggunakan kampanye negatif atau hitam.

Tim sukses harus bicara berdasarkan atas fakta, jadi bukan sekedar menutup kelebihan lawan atau menghitamkan dengan kampanye negatif atau hitam. Karena bisa menjadi bumerang, atau membunuh diri sendiri. Karena kampanye negatif atau hitam yang tidak berdasar fakta dapat dengan mudah dimentahkan oleh pihak lawan, sehingga tidak menjadi issue kekuatiran atau ancaman.

Yang kedua, tim sukses harus mampu mengemukakan hal yang penting bagi masyarakat atau menangkap imaginasi masyarakat.

Karena masa kampanye sangat singkat, yaitu hanya satu bulan, maka perlu slogan yang merupakan inti dari program yang akan dilaksanakan. Tim sukses harus bisa menangkap imajinasi bersama khalayak ramai.

Misalnya masyarakat pemilih sudah bosan dengan kondisi ekonomi atau sosial, maka diluncurkan slogan "saatnya berubah" atau "sudah tiba waktunya". Masyarakat bosan dengan korupsi pejabat, maka slogan yang tepat "gantung koruptor" atau "katakan tidak pada korupsi" akan mendapat dukungan masyarakat.

Rakyat kebanyakan tidak ingin berpikir seperti seorang teknokrat atau sarjana. Mereka cuma memberikan suara sesuai dengan isi hatinya.

Sebagai contoh yang paling sederhana dan mengena, di dunia marketing adalah slogan "Dimana saja, kapan saja, siapa saja, minum xxxxx" atau "Makannya apa saja, yang penting minumnya xxxx". Maka di era kampanye pilpres saat berbicara soal kebocoran uang negara, maka dimunculkan slogan "bocor, bocor,bocor". Slogan ini lebih didengar dan melekat pada rakyat kebanyakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline