Wah, bagaimana menjawabnya ya, mau bilang pelari, malu lah awak. Karena prestasi saya masih jauh dibawah standard. Niat tiap minggu lari di Gelora Bung Karno (GBK) saja, sering absennya daripada hadirnya.
Tetapi sempat nekad ikutan lari The Color Run 1 yang diadakan oleh CIMB Niaga. Alasan saya mengikuti event ini adalah dikarenakan event ini tidak membatasi peserta dengan batasan waktu dan tidak mencari pemenang atau juara, tetapi lebih mengutamakan unsur fun-nya. Event ini merupakan awal dari sejarah lari “resmi” yang saya miliki hingga sekarang. Bisa ikutan The Color Run 1, itupun juga gara-gara sebuah iklan mengenai event lari gembira (Fun Run) yang terpampang di beberapa spanduk di tempat-tempat strategis.
Sebagai penggemar olahraga amatiran jelas tidak berani mencari kesempatan berkompetisi, ikutpun juga hanya iseng-iseng, untuk meningkatkan networking. Apalagi jarak tempuh tidak terlalu panjang, hanya 5 KM, bukan suatu lomba marathon yang 42 KM lebih. Jadi, saya iseng mendaftar, tanpa target apapun, kalau dapat mencapai garis finish tanpa dibantu ambulance saja sudah boleh masuk rekor MURI, he.he.he...
Latihan lebih intens langsung dimulai begitu sudah mendaftar pada event tersebut, karena kawatir nantinya malu-maluin pada saat hari H. Dengan modal fisik seadanya, saya mulai berlatih rutin tiap hari Sabtu dan Minggu, itupun tidak mengukur dengan pasti, jarak yang sudah ditempuh, entah baru atau sudah mencapai berapa km, apalagi waktu tempuh.
Setelah beberapa kali melakukan lari beberapa putaran di GBK, saya hanya berlatih lari biasa saja, tanpa mengukur kecepatan, karena memang saya hanya ingin mengikuti lari gembira saja, bukan ingin memenangkan lomba lari bergengsi dan menjadi juara.
Sepatu yang saya gunakan juga sepatu jogging biasa, yang ringan asalkan masih layak pakai untuk berlari dan sangat nyaman di kaki sehingga tidak menimbulkan dampak kelelahan. Beberapa kendala saat berlatih adalah rasa haus dan banyaknya pedagang makanan di sekitar area GBK. Godaan untuk jajan ini yang paling sulit dicegah, kalau tidak makan ya paling tidak beli minuman untuk mengurangi dehidrasi akibat lari.
Kendala lainnya adalah pegal di kaki dan persendian kaki terasa ditarik kencang dan sakit. Lalu telapak kaki yang terasa sakit, akibat kapalan dan tampak melepuh. Hal ini tentunya disebabkan karena pola latihan yang tidak rutin. Agar nanti pada hari H, saya tidak mengalami cidera berat, maka saya sudah memantapkan hati, untuk tidak berambisi mencapai garis finish maupun berbalap dengan peserta lainnya.
Pengaturan nafas juga terasa sulit, mengingat saya memang bukan pelari profesional. Sering kali setelah melakukan lari beberapa putaran, tubuh serasa tidak dapat berlari lagi. Mungkin disebabkan terlalu banyak minum atau dampak dari kurangnya pemanasan sebelum mulai berlari. Masih beruntung saat berlatih adalah di awal tahun, jadi cuaca sangat membantu karena mendung dan sinar matahari tidak terlalu terik.
H-1 sebelum The Color Run diselenggarakan, saya sengaja tidur lebih awal dengan harapan esok pagi dapat bangun dengan kondisi badan lebih segar dan prima, serta yang paling utama tidak datang terlambat di garis start.
Ketika saya tiba di titik kumpul, tepatnya di Parkir Timur Senayan, sudah banyak peserta lari yang berdatangan. Ketika bendera start dilambaikan, saya berlari santai saja, karena saya harus menjaga tubuh agar tidak cidera, sehingga tidak perlu lari sekencang-kencangnya. Banyak pelari lain yang berada di depan saya, berlari secara profesional dengan ritme yang stabil, mungkin mereka nantinya yang akan mencapai garis finish paling awal.
Pada tiap KM, para pelari ditaburi warna yang berbeda, sehingga kaos putih yang dipakai pada saat start, dapat dipastikan akan berubah warna-warni pada saat mencapai garis finish nanti. O, ini yang menyebabkan event ini dinamai The Color Run.
Tak disangka, mulai timbul rasa pegal pada bagian persendian lutut depan kaki. Baru beberapa meter, rasa pegal berubah menjadi rasa ngilu. Setiap injakan sangat terasa dan semakin terasa ngilunya. Wah gawat nih, jangan-jangan saya kena cidera. Daripada harus menanggung cidera yang lebih berat, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan berlari atau memaksa tubuh untuk berlari, alias mulai berjalan kaki.
Garis finish rasanya masih jauh sekali dan tak kunjung tercapai. Setelah sekian lama berjalan kaki, dan berusaha menahan sakit dan kelelahan, saya terus berjalan menuju garis finish. Menjelang garis finish, penonton tampak makin banyak, ada yang menyemangati, tetapi juga ada yang mem-bully siapa saja yang tidak mampu berlari lagi.
Akhirnya, saya berhasil melewati garis finish 5K meski sebagian dilakukan dengan berjalan kaki. Dan mendapatkan taburan bubuk warna-warni sehingga menambah warna di kaos yang saya kenakan. Rupanya yang mencapai garis finish dengan berjalan kaki, bukan saya saja, menurut informasi dari panitia, hampir separuh lebih peserta mencapai finish dengan berjalan kaki.
Saya melepaskan lelah sambil duduk menikmati pisang dan minum minuman yang disediakan panitia dan memandang acara saling melempar bubuk pewarna dari kejauhan. Langit di lokasi finish dalam waktu singkat sudah menjadi beraneka warna, dan saya menikmati acara live music dan tarian yang disajikan oleh panitia.
Bagaimanapun mengikuti The Color Run merupakan pengalaman tak terlupakan, selain mengikuti gaya hidup sehat, mendapat hiburan dan suasana menyenangkan, tetapi yang terutama mendapat banyak teman baru. Semoga saya dapat mengikuti lagi The Color Run 2 yang konon akan diselenggarakan di penghujung tahun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H