Anda bosan berwisata di Nusantara ? Dan mau sekali-kali berwisata ke luar negeri ? Tentu Anda juga bosan bila hanya pergi ke Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok. Nah, pada kesempatan berkunjung ke kota Pontianak guna menghadiri perkawinan salah seorang teman, maka saya dengan beberapa teman meniatkan diri guna melanjutkan perjalanan ke kota yang belum banyak menjadi tujuan wisata yaitu Kuching. Tentunya kami semua sudah berbekal passport guna melintasi perbatasan antar negara.
Langkah pertama yang kami lakukan adalah menyewa mobil untuk pergi ke Kuching dan minta dijemput lusanya, karena kami hanya ingin menginap dua malam di Kuching. Karena kami pergi pada musim hujan, kami sempat terhadang banjir yang menghalangi jalan, dan membuat mobil yang kami tumpangi mogok. Karena mobil tidak kunjung dapat diperbaiki, akhirnya kami nekad menggunakan bis antar kota yang menuju Kuching. Perbatasan antara Indonesia dan Malaysia adalah kota Entikong, setelah mendapatkan stempel masuk ke Malaysia Timur, maka bis melanjutkan perjalanan ke Kuching. Total waktu perjalanan Pontianak - Kuching sekitar 8-9 jam, lebih lama ketimbang naik pesawat yang hanya 3 jam saja.
[caption id="attachment_362328" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Perbatasan Indonesia - Malaysia (Dok Pribadi)"][/caption]
Pergi tanpa persiapan yang cukup membuat kami cukup bingung mau kemana setibanya di Kuching. Dari terminal bis Kuching, kami naik taksi menuju hotel terdekat. Setiba di hotel kami langsung mempelajari peta kota Kuching untuk menentukan mau pergi kemana malam harinya, paling tidak untuk makan malam. Sebelum pergi makan malam, kami perlu mencari ATM guna mendapatkan uang Ringgit, karena persediaan Ringgit kami sudah habis untuk naik taksi. Kami harus mencari ATM yang memiliki logo Maestro atau Cirrus, agar mau menerima kartu ATM terbitan bank Indonesia.
[caption id="attachment_362339" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Peta Kota Kuching (Dok Pribadi)"]
[/caption]
Rupanya kota Kuching ini sangat luas, kami sempat bingung mau kemana dulu, saking luasnya hingga kota Kuching ini dibagi dua menjadi Kuching Utara dan Kuching Selatan dan dipimpin oleh dua orang walikota, sebagai perbatasan adalah sungai Sarawak yang membelah kota Kuching. Sungguh beruntung Pusat Informasi Wisata di kota ini sangat bersahabat, hingga kami berhasil menemukan salah satu tujuan yang kita pilih yaitu melihat museum Kucing.
[caption id="attachment_362327" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Museum Kucing (wikipedia.org)"]
[/caption]
Kami sangat mengagumi jalanan kota Kuching yang bersih, jalanannya teratur, masih sepi dan saat ini belum ada kemacetan. Kami sebagai pejalan kaki dengan bebas dan aman berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, khususnya untuk mencari makanan khas, karena kami memiliki kebiasaan untuk selalu mencoba dan mencicipi makanan khas di tempat yang baru kami kunjungi. Beberapa kuliner khas Sarawak yang berhasil kami temukan diantaranya laksa Sarawak, ayam masak ala Teow Ciu dan Fruit Roojak. Seperti di daerah Malaysia lainnya, terjadi perbauran budaya tiga kultur yaitu Malay, Chinese dan India. Laksa Sarawak adalah perbaduan makanan Chinese dan Malay, sangat tepat dimakan di pagi hari, sungguh beruntung kami memilih room only saat check-in di hotel.
[caption id="attachment_362329" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Laksa Sarawak (Dok Pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_362331" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Ayam Masak Ala Teow Ciu (Dok Pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_362332" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Fruit Roojak (Dok Pribadi)"]
[/caption]