Lihat ke Halaman Asli

Media Cetak Makin Terpuruk 2014?

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

OPTIMIS, TERPURUK. Tahun 2014 tinggal beberapa minggu lagi. Artinya, dalam beberapa minggu lagi, kita akan menjumpai tukang terompet menjajakan terompet di pinggir dan sudut-sudut jalan, atau “ngider” ke rumah-rumah. Kemudian kita juga akan menyaksikan dan mendengarkan ledakan kembang api di atas langit Indonesia, pertanda tahun baru 2014 datang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya tiap datang tahun baru,  kita selalu berdoa agar tahun baru membawa kebaikan, membawa perubahan ke arah positif. Berharap berputarnya roda untuk kebaikan kita. Bila kemarin berada di bawah, kita berharap tahun baru kita ada di atas.

Hal itu, juga berlaku bagi saya yang bergulat di dunia media, cetak dan online (juga mengelola blog http:/mang-ape.blogspot. com), serta visual. Saya memandang tahun 2014 mendatang dengan optimistis tinggi. Tahun 2014 diharapkan memberikan perubahan, perbaikan.

Akan tetapi, di tengah rasa optimistis tersebut, belakangan, setelah mencermati fenomena alam, dan lain sebagainya termasuk mendengarkan suara batin, khusus media cetak, tahun depan sepertinya akan mengalami masa yang berat. Kecuali media cetak yang ditopang modal besar dan manajemen yang cerdas membaca peluang.

Adanya pemikiran seperti itu, karena tahun 2014 nanti, harga kertas akan semakin tinggi, sehingga tidak akan “terkejar” oleh media cetak bermodal kecil. Menurut seorang pengamat media dalam sebuah media online, harga kertas nanti akan naik tinggi, tidak masuk akal. Tanda-tandanya sudah ada di tahun 2013.

Nanti, pemasang iklan akan lebih cerdas. Mereka akan belanja iklan di media cetak yang memang beroplah besar, bukan media yang hanya mengandalkan nama besar. Tak peduli, harga iklan di media besar itu berlipat. Pasalnya, hasilnya sudah jelas. Ketimbang coba-coba pasang iklan di media beroplah pas-pasan.

Akibatnya, media cetak yang terus merosot oplahnya, tak akan kebagian iklan.

Buntutnya? Sudah pasti media cetak yang saya sebutkan tadi akan terseok-seok. Tak mustahil, bila tidak ada penyelamat, atau segera bekerjasama dengan konglomerat, akan ada media yang gulung tikar, terus tinggal nama.

ONLINE, HARAPAN. Akan tetapi, bisnis media tidak seluruhnya bermasalah. Sepertiya masih ada yang bertahan bahkan akan berkembang baik yakni media online. Apalagi sekarang pemasang iklan umumnya sudah mulai percaya kepada kekuatan mengembangkan pasar dan meraih konsumen melalui media online. Bervariasinya jenis iklan Google, merupakan salahsatu indikasinya.

Itulah sebabnya, media cetak sepertinya sekarang harus lebih mengoptimalkan divisi onlinenya. Konsentrasi justru harus di online, jangan di cetak. Media yang bisa membuat terobosan-terobosan di online, saya kira akan mampu bertahan dan berkembang baik.

Sementara itu, media televisi untuk 2014 mendatang sepertinya masih berkembang dengan baik. Entah di tahun-tahun mendatang. Walohualambissawab. (http://mang-ape.blogspot.com)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline