Dalam rangkaian Hari Bapak Pramuka Kwarda DIY, Guru MTsN 3 Bantul, Drs. Sutanto berkesempatan mengunjungi Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Kompleks Kraton Yogyakarta, Rabu (12/4/2023).
Sutanto hadir dalam kegiatan kunjungan tersebut mewakili Kwarcab Bantul selaku andalan bersama Elfa Dwi A dan Dhyani Padma Tantri dari Dewan Kerja Cabang (DKC) Bantul. Nampak hadir dalam kegiatan tersebut Wakabid Organisasi,Manajemen dan Hukum, Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd, Sekretaris I, drh. Sri Budoyo, Andalan Daerah Humas dan Informasi, Andri, STP, serta perwakilan Kwarcab se DIY.
dokpri
"Tujuan didirikannya museum ini adalah sebagai media memorial kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, museum ini juga digunakan sebagai media pengenalan dan pendidikan terkait dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dari aktivitas yang dilakukan serta keterlibatannya dalam politik dan aktivitas lain," terang Tuty.
Pengunjung melalui Bangsal Srimanganti sebelum memasuki museum yang dijaga patung raksasa kembar Cingkarabala dan Balaupata yang dimaknai sebagai tulak bala (menghalau bahaya) agar tidak mengganggu atau mencelakai penghuni bangunan.
dokpri
Beberapa peralatan dapur keraton dan peralatan penting dalam pengangkatan Sri Sultan, dapat kita temui seperti bahan uborampe untuk melakukan penobatan Sri Sultan naik tahta, berbagai koleksi foto, perangko dan dokumen lain terkait dengan kegiatan yang ada di keraton, koleksi pribadi Sri Sultan, mulai dari batik, buku dan peralatan hobi.
Sutanto merasa senang karena mendapat pengalaman dan wawasan baru tentang Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dengan kunjungan tersebut memberinya gambaran lengkap tentang perjalanan hidup dari sosok Bapak Pramuka yang terkenal dengan semboyannya "Tahta Untuk Rakyat."
"Alhamdulillah saya mendapat kesempatan ikut berkunjung di museum Bapak Pramuka. Kalau sekarang baru perwakilan andalan Kwarcab dan DKC, ada baiknya kedepan diilirkan untuk peserta didik pramuka se DIY. Saehingga jangan sampai warga DIY tetapi tidak mengenal Bapak Pramuka," harap Sutanto
Sebelum meninggalkan museum pengunjung dikenalkan dengan Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga yang biasanya dimainkan saat sekaten, namun semenjak pandemi Covid 19 belum pernah dimainkan kembali.