Lihat ke Halaman Asli

Sutanto Bantul

Penulis dan Penggerak Literasi

Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul Terkesan Buku Nabuh Rasa karya Pardiman

Diperbarui: 19 Februari 2023   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sutanto menerima Buku Nabuh Rasa karya Pardiman

Bantul- Buku Nabuh Rasa karya Pimpinan Acapela Mataraman, Pardiman Djoyonegoro membawa kesan mendalam bagi Guru MTsN 3 Bantul, Sutanto. Gaya penulisannya mudah dipahami, inspiratif membawa manfaat bagi pembaca untuk bisa semakin memahami dan menghargai gamelan sebagai salahsatu seni adiluhung peninggalan nenek moyang kita.

Hal tersebut diungkap Sutanto usai menerima dan membaca sekilas buku tersebut, di Studio Omah Cangkem, Karangjati, RT 07, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Jum`at sore (17/2/2023). Buku setebal 176 halaman tersebut menunjukkan kualitasnya dengan pengantar dari Guru Besar ISI Yogyakarta, Prof.Dr. Djohan Salim, M.Si, dan Pemerhati/Penulis Seni Budaya, Purwadmadi.

Pembaca akan mendapat inspirasi dari awal kisah ketika Pardiman mulai menggeluti gamelan. Bagaimana tidak? Pardiman mulai tertarik kepada gamelan dari kakeknya. Saat itulah, sembari mengurusi sapi miliknya, Pardiman mendengar sajian gamelan dari pesawat radio. Berlanjut saat SMPN Bambanglipuro dirinya mengikuti ekstra kurikuler Karawitan.

"Semasa SMP saya masih ingat, Mas Pardiman dicemooh oleh teman-teman karena mengikuti ekstra Kawawitan yang menurut mereka tidak bergengsi. Namun berkat ketekunannya bermodal ikut ekstra inilah menjadi modal masuk ke SMKI," kenang Sutanto.

Dalam buku Nabuh Rasa ini (halaman 42-45) juga mengungkap perjuangan Pardiman kuliah di ISI Yogyakarta dan hampir berhenti gegara suatu masalah.

"Saya masih ingat Mas Pardiman bercerita mau berhenti kuliah, Saya ingatkan bahwa meski ijazah bukan segala-galanya, namun keterampilan yang dimiliki ditambah dengan ijazah formal akan menjadi nilai plus. Dan syukurlah dia kembali giat kuliah dan akhirnya bisa lulus," imbuh Sutanto.

Pardiman mengatakan, awal menulis buku tersebut dirinya ingin menunjukkan kepada anak-anaknya dan anak didiknya, para pegiat karawitan ataupun para pemula dan berbagai kalangan untuk membaca dan mengenal lebih dekat gamelan serta karawitan yang kaya akan Sudut pandang dan pemahaman. Buku tersebut adalah buah tangan cerita Pardiman sebagai proses mengenal, mengamati dan mendalami gamelan dari waktu ke waktu sampai pada kesimpulan bahwa gamelan mempunyai potensi besar untuk menginspirasi kehidupan dan membangun rasa damai dalam menjalani kehidupan yang layak untuk diperjuangkan.

"Gamelan emang bermanfaat bagi kehidupan, maka sudah selayaknya kita bangga ketika gamelan diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya tak benda,"imbuh Pardiman.

Pimpinan Acaplella Mataraman ini menambahkan, buku Nabuh Rasa berisi hal-hal ringan keseharian yang bersinggungan dengan gamelan, berupa catatan proses dari latihan ke latihan, dari panggung ke panggung, baik dari data empiris maupun dari literatur. Juga ada pertemuan dengan tokoh-tokoh terkait, dicatat dalam pikir dan rasa sehinggga menjadi sebuah sajian yabg disebut membangun peradaban batin.

"Buku ini hadir untuk mengajak pembaca untuk membaca makna masing-masing gamelan secara gangsa (carane gesang sanyata) lewat beberapa simbol-simbol dalam masing-masing instrumen dan okestrasinya," pungkasnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline