Lihat ke Halaman Asli

Sutanto Bantul

Penulis dan Penggerak Literasi

Guru MTsN 3 Bantul Puas, Belajar Pentigraf dengan Prof Tengsoe

Diperbarui: 6 Juni 2022   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Guru MTsN 3 Bantul, Sutanto merasa senang dan puas belajar Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf) langsung dari penemunya, Dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Tengsoe Tjahyono, dalam acara workshop yang digelar Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati, secara virtual, Minggu (5/5/2022).

Kegiatan yang diikuti 170 peserta tersebut termasuk istimewa,  karena biasanya even di KYM digelar melalui media WhatsApp, namun kali ini dengan zhoom meeting dan menghadirkan narasumber seorang guru besar.

                 

Dokpri

Menurut Prof. Tengsoe, sebenarnya Pentigraf sudah dia temukan sekitar tahun 1985 namun baru berkembang pesat sekitar 2014 karena ada media sosial dan komunitas.  Tengsoe mengingatkan agar seorang penulis jangan abai selalu membaca. Jadi kultur membaca sangatlah penting, sebab setelah proses menulis selesai, penulislah yang akan menjadi pembaca pertama kali sebelum dibaca orang lain.

"Sebagai penulis kita jangan anti kritik. Kritik sangat penting agar tulisan kita semakin bagus. Di jaman digital ini kita perlu jaringan melalui komunitas untuk mengembangkan karya. Jangan lupa kita harus berupaya agar tulisan kita dibaca masyarakat luas, jangan hanya sibuk menulis," terang Tengsoe.

Lewat kegiatan semacam workshop ibarat belajar menghidupkan kran agar air bisa mengalir. Apa yang yang dalam pikiran kita adalah kran, dan ide yang keluar adalah air tersebut. 

Dalam membuat Pentigraf ada beberapa ketentuan yang mesti ditaati diantaranya: terdiri dari tiga paragraf, maskimal 210 kata, hanya terdiri satu atau dua tokoh saja, dalam setiap paragraf hanya ada satu dialog, dan di paragraf ketiga diciptakan ketakterdugaan.

"Perlu diingat, untuk menghasilkan pentigraf yang bagus, penulis mesti fokus pada persoalan yang dihadapi tokoh atau tema yang diangkat. Elemen narasi yang berupa tokoh, alur dan latar dihadirkan secara bersama-sama dalam satu jalinan yang utuh. Kurangi dialog, ubah dialog menjadi deskripsi atau narasi. Usahakan ada kejutan pada paragraf ketiga, hal yang tidak terduga yang bisa menimbulkan suspense atau ketegangan. Panjang paragraf dalam ukuran yang wajar," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline