Lihat ke Halaman Asli

Sutanto Bantul

Penulis dan Penggerak Literasi

Sahabatku, Pejuang Literasi

Diperbarui: 25 Maret 2022   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pagi itu Kamis, 13 Januari 2021 langit mendung, mentari masih malu-malu memancarkan sinar hangatnya ke bumi. Sehabis subuh seperti biasa kubuka ratusan chat di grup WhatsApp, dan hampir tak percaya kudapati berita duka bahwa salahsatu sahabatku penulis anggota grup Humas Kemenag Kanwil Kemenag DIY, Etik Fadhilah Ihsanti dipanggil Allaw SWT dalam usia yang masih belia.

Secara pribadi aku memang tidak akrab, bertatap muka secara langsung juga belum pernah. Meski demikian sesama anggota grup humas hatiku merasa dekat. Terlebih pada tahun 2018 pernah menulis bersama di buku Guru Menembus Koran Inspirasi Gerakan Literasi Kanwil Kemenag DIY Bersama 23 penulis lain.

Pernah terpikir, saat bertugas di MTsN 6 Kulon Progo (Juli 2019 s,d Februari 2021) aku ingin mengunjungi tempat tugasnya MIN 2 Kulon Progo. Namun entahlah, ada saja kendalanya sehingga belum sempat silaturahiim di madrasahnya.

Aku hanya berkomunikasi dengan salahsatu guru di madrasahnya yang pernah kuajak ikut menulis antologi. Karena juga berteman di facebook, melalui unggahannya dia selalu menyampaikan perkembangan madrasahnya, tentang kesibukan menulis sendiri, dan komunitas menulis yang dirintisnya.

Di bawah kepemimpinannya, madrasah yang terkenal dengan sebutan Mindaku, mampu menunjukkan prestasinya baik di tingkat Kemenag Kulon Progo maupun tingkat DIY.

Secara pribadi dia juga berhasil mengemas berbagai penghargaan dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Komunitas menulis yang dirintis almarhumah sudah menunjukkan perkembangan yang bagus, terbukti banyak guru di Kulon Progo dan sekitarnya yang bergabung dan berhasil menerbitkan buku.

Dari status yang dibuat di media sosial tersebut aku merasakan kelelahan yang luarbiasa darinya. Namun dia selalu menghibur diri dengan kata motivasi untuk menyemangati diri sendiri menjalani hari-hari dengan berbagi ilmu menulis. Meski usianya belum genap 40 tahun, namun kiprah dan prestasi yang telah ditorehkan, melebihi mereka yang telah berusia 60 tahun. Mungkin itu yang dinamakan usia yang barokah dan penuh manfaat.

Secara spontan mendengar kabar duka itu, aku membuat sebuah puisi yang kuberi judul Untukmu Pejuang Literasi.

Aku terpaku seakan tak percaya

Mendengar kabar duka di pagi buta

Terasa menyesak dada tak kuasa mengucap kata

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline