Sebenarnya sudah lama aku menantikan kesempatan untuk dapat mendampingi atlit yunior tampil di ajang bergengsi Kejuaraan Catur Nasional (Kejurnas). Masa sebelum 2010 anakku masih kecil, istriku juga bekerja sehingga belum memungkinkan aku meninggalkan keluarga. Sebagai Sekum Pengkab Percasi Kabupaten Bantul, sesungguhnya ada beberapa kesempatan aku bisa mendampingi karena beberapa atlit Yunior Bantul lolos seleksi.
Alhamdulillah, Allah Yang Maha Pemurah mengetahui isi hatiku. Setelah beberapa tahun keinginan itu tersimpan, akhirnya November 2021 aku mendapat kesempatan menjadi official Tim DIY mengikuti Kejurnas Catur di Belitung, Babel. Hal itu dalam kapasitasku sebagai Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) Pengda Percasi DIY setelah tak lagi menjadi pengurus di Bantul.
Sebenarnya aku merasa tidak enak karena masih baru sebagai pengurus, namun jajaran pengurus harian meyakinkanku hal itu tidak masalah. Aku meminta waktu tiga sampai lima hari untuk meminta rekomendasi dari Kemenag Kabupaten Bantul.
Setelah berkonsultasi di Kemenag aku diberi arahan Pengda Percasi DIY membuat surat ditujukan Kakan Kemenag Bantul yang isinya meminta rekomendasi agar aku diijinkan mendampingi Kejurnas. Tidak sampai tiga hari surat rekomendasi keluar, aku diperbolehkan berangkat mendampingi Kejurnas, Rabu s.d Sabtu (17-26/11/2021)
Anak yang kudampingi ada 9 (3 berusia SD, 2 berusia SMP, 3 berusia SMA, 1 Perguruan Tinggi). Karena hanya 1 yang didampingi ayahnya, maka peranku sebagai official harus maksimal dalam hal teknis terkait saat tanding maupun non teknis (urusan makan, bekal pakaian, peralatan, dll).
Rabu, 17 Januari 2021 beranggkat melalui Bandara YIA Kulonprogo. Tepat pukul 17.40 pesawat citilink tinggal landas terbang menembus angkasa, dan mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan selamat pukul 18.20. Malam itu aku dan rombongan bermalam di bandara. Kamis, 18 januari 2022 Pesawat melesat ke angkasa tepat pukul 06.20 dengan lancar dan tiba di Bandara Internasional HAS.Hanandjoeddin jam 07.30.
Turun dari pesawat langsung menyematkan diri bergambar bersama di depan papan bandara. Keluar dari pintu bandara, bus penjemput dari Pemkab Belitung yang dikoordinir panitia penyelenggara sudah siap. Pukul 9 pagi sampai di lokasi tanding yaitu Bahamas n Resto, agar peserta mendapat gambaran lokasi yang akan digunakan.
Setelah melihat tempat tanding, bis mengantar ke Hotel BW Suite Belitung tempat menginap yang jaraknya sekitar 1 km dari lokasi tanding. Sebagai official, aku menempatkan diri sebagai ayah bagi mereka yang harus mendampingi seperti halnya anak sendiri di rumah. Jadi aku tidak menganggapnya sebagai beban, tetapi sebagai konsekuensi dari jabatan yang kuemban sebagai pengurus.
Rutinitas yang kujalani adalah memastikan anak-anak cukup istirahat, membangunkan mereka sebelum subuh, mengarahkan untuk mandi pagi, dan pukul 06.00 mesti siap sarapan pagi. Saat sarapan semua harus sudah berpakaian yang rapi karena maksimal pukul 07.30 bis sudah siap menjemput menuju tempat tanding. Setiap hari dilakukan 2 kali pertandingan mulai pukul 08.30-12.30 dan 15.00-19.00. Bersama dengan 2 teman dari Pengda Percasi aku berbagi tugas memantau pairing untuk melihat siapa calon lawan yang akan dihadapi, mengecek jam catur, menyiapkan konsumsi siang dan malam.
Rasa bahagia tak terkira, dari 9 atlit tersebut, ada 1 yang mempersembahkan medali emas dan ada 1 yang meraih medali perunggu, sehingga DIY dapat menduduki peringkat 4 se Indonesia. Tentunya pencapaian tersebut utamanya adalah kerja keras dari atlit, namun sedikit banyak aku sebagai official turut memberikan kontribusi menurut kadar kemampuanku.
Belitung menjadi saksi, meski harus menunggu puluhan tahun namun pada akhirnya aku memiliki kesempatan mendampingi atlit Yunior di ajang Kejurnas.