Lihat ke Halaman Asli

Tegak di Antara Puing-Puing (21)

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428337288984585240

Ternyata pesan itu dari Landung, temannya di Komunitas.

"Pagi, Mas. Apa kabar Mas Darma dan keluarga, apakah baik-baik? Rumah Mas tidak apa-apa kan? Saya baik-baik di sini. Rumah juga aman, hanya retak sedikit. Tadi saya sms Made dan Bima, mereka juga selamat, hanya kaget katanya."

"Saya baik-baik, terimakasih," balas Darma. "Syukurlah kalian semua selamat. Benar-benar guncangan yang keras ya?"

"Tapi kakek saya di Klaten rumahnya rusak, Mas. Sebagian atapnya rubuh."

"Waduh, terus bagaimana? Tapi kakekmu tidak apa-apa kan? Klaten-nya di mana?"

"Di Gantiwarno, Mas. Iya Kakek, Nenek dan Paman selamat."

"Syukurlah.... Yang penting mereka selamat. Rumah bisa diperbaiki. Terus rencanamu bagaimana?"

"Aku mau ke sana pagi ini, Mas. Made dan Bima ikut juga, siapa tahu ada yang bisa dibantu, katanya. Mas mau ikut?"

Darma menimbang-nimbang. Mungkinkah ini jawaban atas kegundahannya tadi? Bukankah ia ingin berbuat sesuatu? Membantu Kakek Landung membenahi rumahnya mungkin awal yang baik. Tapi bagaimana dengan kantornya? Bagaimana dengan meter-meter listrik di wilayahnya yang harus dibaca?

Darma jadi bimbang. Diletakkannya ponselnya di meja. Diraihnya koran lokal di meja dan dibuka-bukanya kembali. Tidak ada yang baru. Semua berita tentang gempa bumi kemarin di koran itu rasanya sudah dibacanya. Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa yang getarannya terasa sampai ke Blitar, Madiun dan Surabaya itu. Dan di Bantul, kerusakan fisik paling parah serba korban jiwa terbanyak menimpa Kecamatan Sewon, Jetis, Pleret, Imogiri, dan Pundong. Mungkin karena letak daerah-daerah itu yang sangat dekat dengan pusat gempa.

Sewon.... ya, Sewon adalah wilayah kerjanya. Dan benar-benar wilayah itu telah luluh lantak. Ia sudah menyaksikannya sendiri kemarin. Hanya sedikit meter listrik yang masih menempel di tempatnya. Kebanyakan pasti telah ringsek tertimpa bongkah-bongkah tembok atau kayu, mungkin telah tertimbun reruntuhan entah di mana. Dan Darma tidak tahu, apakah masih ada gunanya membaca satu dua meter listrik yang masih utuh itu. Dan lagi, tidak ada satu pun pesan dari kantor masuk ke ponselnya, menanyakan ketidakhadirannya. Mungkin memang tidak ada pembaca meter yang ke kantor kemarin, dan pagi ini....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline