Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Keluarga Bermutu (KB) Bukan (Sekedar) Keluarga Berencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13716918771173171126

Nangkring Bareng kompasianer diselenggarakan , Rabu(19/6) sore di Tartine Cafe, FX Sudirman Jakarta berkesempatan mengikuti diskusi bersama Bapak Fasli Jalal dari BKKBN bertemakan “Problematika Kependudukan Indonesia”. Peserta yang konon dibatasi hanya50 kompasianer saja justru membludak sampai 70 orang yang datang. Ini menandakan bahwa isu soal bagaimana membentuk keluarga (ber)rencana merupakan isu yang “seksi”—beda dengan   istilah yang ditulis pada pengantar buku BKKBN “Problematika Kependudukan” yang memuat kata  bahwa membicarakan soal  penduduk dianggap TIDAK SEKSI (halaman 3).

[caption id="attachment_250095" align="aligncenter" width="512" caption="Kepala BKKBN DR.Fasli Jalal Sp.GK,Phd."][/caption]

Setelah vakum 9 bulan sejak Dr.Sugiri pensiun BKKBN hanya dijabat oleh Plt.Kepala BKKBN Dr. Sudibyo Alimoso, MA. Dan baru, Kamis (13/6) dilantik Kepala BKKBN yang baru Dr. Fasli Jalal Sp.Gk, Phd.

Yang menarik dari profil yang kami nilai dari Dr.Fasli adalah ia menguasai materi kependudukan dengan baik, kuat daya ingatnya dan komunikatif. Terlihat saat ia meninggalkan ruang acara dan menyalami kami sambil berkata, “Terimakasih atas saran Anda soal singkatan KB, sebaiknya memang menjadi Keluarga Bermutu bukan lagi Keluarga Berencana.”

Oya, kami sutan pangeran, dalam sesi pertama dialog mengatakan: Di ruangan ini mungkin kami adalah satu-satunya yang tidak setuju dengan KB. (Hadirin heran) Bila KB diartikan sebagai Keluarga Berencana. Karena semua orang yang ingin bekeluarga pastilah membuat sebuah perencanaan. Jadi, hendaknya perjuangan yang dilakukan pemerintah fokus kepada bagaimana menciptakan Keluarga Bermutu (KB). Karena Keluarga Bermutu (KB) pastilah juga sudah mencakup sebuah perencanaan yang baik. Sehingga, isu soal penduduk dan kependudukan bukanlah isu yang tidak seksi, buktinya kapasitas kompasianer yang tadinya dibuka hanya untuk 50 orang membludak menjadi 70 orang? Pemakaian kata “berencana” kurang tepat dan terasa tidak punya “ruh”. Sama dengan pemakaian kata “pekerja” dibanding dengan pemakaian kata “buruh”, yang lebih punya “nyawa” dan daya juang.

+

Bagi kompasianeryang hadir dan yang berpikir cepat dan maju 10 x lipat, pastilah setuju dengan pendapat kami. Bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline