Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Di Kuningan Nggak Boleh Bilang "Momok"

Diperbarui: 4 April 2017   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Betapa kaya bahasa Indonesia dengan tambahan bahasa Nusantara yang ada. Selama seminggu abdi (saya) di Kuningan, Jawa Barat setidaknya harus menulis kalimat di bawah ini di media lokal:

Di die, urang ulah ngomong "momok" bila takut dengan sesuatu, " seperti kalimat, " dia telah menjadi momok bagi si fulan karena merasa bersalah luar biasa". Nah, bisa ketawa atau marah lawan bicara di die. Karena "momok" dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditakuti/dihindari, namun di sini sesuatu yang harus dijaga.

Kik kik kik

Jadi, bila di Jakarta, kukatakan kalimat, "bagiku dia  telah menjadi momok dalam di masyarakat karena kelakuannya yang negatif dan merugikan orang sekitar...". Maka, di sini mesti bilang, "Punteun akang  sadayana, abdi mau bilang..." tidak 'yang ditakuti" bagiku dalam hidup ini."

Hindari bilang "momok" di Kuningan, sebab, orang Rengasdengklok saja tidak paham maksudnya. Lain, Sunda lain artinya, lain daerah lain ucapannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline