Ternyata tidak gampang joget itu rupanya. Selain mengatur langkah, juga harmonisasi tubuh bagian atas juga harus terjaga. Memasuki hari 4 aku latihan bersama dengan family music dari Pasuruan dalam rangka menghibur peserta acara bedah buku Pilpres Abal-abal: Republik Amburadul, di Kota Malang ternyata tulang kakiku tidak selincah Mr.Bey dari Manado yang goyang dangdutnya bikir para perempuan kepincut saat acara di Desa Rangkat, Kota Bunga,Cipanas, Bogor (23/10) Menyerahkan aku? Tidak! Malam ini aku dievaluasi. Seluruh saudari dari Nurul, istri Mas Hari memberikan koreksi atas penampilanku di tempat latihan tadi pagi hingga sore hari. Huh! Maka itu jangan anggap enteng dunia hiburan, bung! Sukses bukan hadiah cuma-cuma dari para dewa. Ia adalah hasil kerja keras dan kerja keras; latihan demi latihan. [caption id="attachment_146497" align="aligncenter" width="607" caption="Penonton tua dan muda terpaku melihat penampilanku berjoget diiringi lagu NYASARUDDIN "][/caption] Aku dengan hanya berkain sarung dan kaos oblong berlengan turun berjoget; Jeng Yuli, adik Nurul memberikan sedikit latihan atas apa yang dilihatnya di tempat latihan tadi pagi dan siang. Tawa gelak di rumah membahana di antara putaran lagu Nyasaruddin yang mengharuskan aku berjoget ulang. Malam ini aku terasa benar bak saudara dari tuan rumah yang superramah. Koreksi joget benar-benar memberiku pengertian: tidak gampang jadi pelawak, apalagi jadi penyanyi sekaligus! Apakah ada di antara kawan-kawan kompasiana yang dapat menambah saran bagaimana cara joget yang baik dan benar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H