Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Ia Lupa, Bali Adalah Tujuan Wisata

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begitu tiba di Simpang Tegal, Jalan Imam Bonjol, Denpasar aku memutuskan untuk turun saja ketimbang menerima tawaran sopir angkutan kota (angkot) yang membawaku dari Terminal Ubung, Denpasar.

Terus-terang, aku tidak suka cara “marketing” sopir yang main bilang “lewat, lewat” saja, padahal bila terus terang mengatakan sejak awal, belum tentu aku mau naik angkot. Hari baru menunjukkan pukul 6 pagi. Perut sudah kuisi di Rumah Makan Minang, Ubung, tepat di depan Terminal Ubung. Maklum, perjalanan ribuan kilometer dari Jakarta demi menghadiri Blogshop Bali, di Seminyak Square bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi fasilitasku semua serba ekonomi, kereta ekonomi, angkutan bus ekonomi dan lainnya serba ekonomi. Sehingga aku sudah terlatih dalam kesusahan. Tapi, bukan berarti semua yang serba ekonomi harus kuanggap remeh! Bukankah kesalahan besar selalu dimulai dari kesalahan kecil, dan kesalahan kecil yang bertumpuk?


Aku sudah berangkat dari Stasiun Senen sejak Kamis siang, dan begitu tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya, Jumat pagi langsung kupesan tiket ke Banyuwangi. Dan keberangkatan pukul 2 siang yang janjinya akan tiba di Banyuwangi pukul 9 malam ternyata molor. Semua molor! Ini sudah latihan yang membuat otot mukaku sudah semakin kuat memerah. Jadi, buat apalagi kukuatirkan datang ke Bali dan jerih.


Begitu aku tecenung pas di depan Hotel Taman Suci, Jalan Imam Bonjol, seorang pedagang asal Madura menyarankan agar memakai jasa ojek. “ Agak ke sana, pak!” Kata perempuan berperawakan gemuk sambil mengarah sebelah kiri aku berdiri.


Tidak lama berdiri, kemudian tiba seorang tukang ojek di depanku. Ia menawarkan jasanya untuk mengantarkan ke tempat tujuan.

“Berapa ongkos ke Seminyak Square?” Tanyaku sambil menambahkan keterangan lokasi merupakan pusat bisnis dan ada Restoran Aviary dengan memberikan gambaran melalui gerakan tangan ala orang Perancis bicara.


Setelah tawar menawar, akhirnya disepakati harga sepuluh ribu rupiah. Namun, anehnya sepanjang jalan ia kurang menguasai jalan bahkan mengaku tidak pernah dengar tempat yang dimaksud. Aduh! Bagaimana ini, apakah mungkin orang Denpasar tidak tahu tempat terkenal dari Pantai Seminyak? Karena merasa mendapatkan orang yang keliru, maka kucoba “ajarkan” pada si tukang ojek.

“Nah, itu ada polantas. Ayo, kita tanya.”


Dengan sigap pak polisi itu memberitahu dengan detail. Si tukang ojek mengangguk paham. Namun, melewati arah jalan yang melalui Legian, ia mulai mengoceh dan menggerutu.

“Jauh sekali ini,Pak!”

“Loh, jangan gitu, dong. Sampean kan sudah sepakat,”kataku beralasan dengan logat Suroboyoan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline