Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Modal Menjadi Sastrawan Instant Adalah Berani Malu

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Begitu banyak orang menyukai blog sehingga mereka berlomba-lomba membuat blog dan menamakan dirinya blogger.

[caption id="attachment_142470" align="aligncenter" width="492" caption="Memilih Berani Malu, meski di depan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sekalipun"][/caption]

Namun, SP lebih suka menjadi orang yang tidak suka blog dan menjadi nonblog terhadap semua aktivitas yang diinput ke dalam berbagai situs yang ada seperti okezone, inilah.com, kompasiana, indonesiatoday.in dan lainnya.

Mengapa SP kurang menyukai diri sebagai blogger? Sudah pasti, karena kurang mahir dalam membuat postingan-postingan ke dalam blog sendiri, dan lebih memilih menempatkan semua gagasan, wacana, hingga anekdot ke dalam situs yang sudah dikelola secara profesional maupun situs amatiran sekalipun. Sedangkan untuk menjaga arsip, maka SP lebih memilihmembuat print screen ataupun mengopy link dari rilis yang sudah dimuat.

Namun demikian, SP mengagumi pilihan dari kawan-kawan yang membuat blog pribadi. Karena ini sudah meramaikan jagat sastra instant yang SP ambil sebagai ikon Pelopor Angkatan Instant. Uf, jangan marah dulu dengan maksud penamaan ini.

Beberapa waktu lalu Hilda Hammer yang mengaku belum pernah naik mobil Hammer merupakan salah satu pelontar istilah Sastra Instant. Sontak membuat ketersingungan peranakan maupun kejantanan para kompasianer. Mereka menuding Hilda sebagai orang yang telah mengecilkan semangat kepenulisan seseorang. Tidak kurang seorang Admin kompasiana pun membahas soal Sastra Instant yang tidak jelas apakah membela atau tidak membela keberadaan sastra instant di jagat nusantara ini. Nah, dalam teori yang dipakai Manajemen Jarum, “ Di dalam krisir, ada peluang”, maka SP melakukan adaptasi dari teori manajemen raksasa bisnis yang satu ini, yaitu dengan tampil gagah berani (memang kenyataan kok : nggak da yang SP takutkan!) dengan mengklaim diri sebagai Pelopor Angkatan Instant. Tentu saja bukan angkatan ke-5 sebagaimana yang dimaksud rekan-rekan komunis pada jamannya.

Yang SP maksud adalah, biarlah kutanggung malu dengan mengklaim diri sebagai penulis, sastrawan, ataupun pujangga instant. Mengapa begitu? He he he, bila membaca track record SP, maka akan jelas, tidakada rasa sungkan, malu, ewuh pakewuh lagi di negeri ini.Seperti yang ditunjukkan tukang becak di Blitar. Bukankah banyak dermawan, ternyata mereka juga koruptor?Bukankah banyak tampilannya suci, ternyata bejat juga kelakuannya. Dan sebagainya. Nah, lebih baik SP menampilkan watak satu ini: BERANI MALU.BERANI KARENA MALU.Bukan malu berani.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline