Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

(Lanjutan) Nikah Muda

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bukan Pram namanya bila tidak lihai dalam menyindir.

Lelaki di depanku hanya mengenyam pendidikan sampai setingkat kelas 2 SMP. Namun sejarah mencatat ia di kemudian hari mendapat gelar doktor kehormatan dari luar negeri di ujung usianya. Ia bahkan sempat menjadi dosen sastra di salah satu universitas swasta bergengsi di tanah air.

Pengakuan yang sering selalu diulang dalam berbagai kesempatan, mahasiswa ditugasi mengkliping berita-berita tematik dari koran dan media cetak lain. Hal yang sama kulihat di ujung kamar, sosok Maimunah istrinya tengah  asyik menggunting tumpukan suratkabar yang telah diberi tanda oleh Pram.

Dalam percakapan itu, Pram menyampaikan pentingnya menghargai sejarah. Rekam jejak sejarah antara lain ia dapatkan dari suratkabar yang mencatat semua peristiwa pada hari demi hari.

“Kau berapa banyak membaca koran? Tanya Pram.

“Hanya Kompas,” jawabku.

“Hmm, terlalu lambat untuk maju bila hanya membaca satu koran. Aku di sini membaca semua koran utama nasional.” Ia basuh tangannya sehabis menyapu dan membakar sampah di depanserambi rumah Jalan Multikarya, Utankayu, Jakarta Timur.

Mukaku memerah.

*

(Aku menyeringai membayangkan sindiran Pram. Bus Jakarta – Bukittinggi terus berjalan). Kulihat wajah muda di bayang kaca bus antar propinsi. Hmm, aku suka dengan senyum anak muda yang satu ini....Memuji diri sendiri)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline