Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Yuk, Kita Duel!

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1310568288503625509

Hingga hari intensitas tawuran sudah merajalela. Tawuran yang SP  amati sejak tahun 80-an semakin lama semakin  meningkat dan memperluas medan tawurnya saja.

[caption id="attachment_119165" align="alignnone" width="300" caption="Mau tangan kosong atau dengan senjata semua bisa dirundingkan!"][/caption]

Bukan saja di kalangan SMA saja, namun hingga mahasiswa pun ikut-ikutan tawuran. Sepertinya mereka hanya memakai otot bukan otak dan akal.

Yang lebih parah lagi, tawuran pun sering terjadi antar RT dan kampung seperti yang  baru-baru ini terjadi di Pasar Rumput, Jakarta Selatan dan Johar Baru, Jakarta Pusat. Untuk itu, SP menganjurkan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta agar membangun budaya duel, alias satu lawan satu  pakai tangan kosong atau dengan senjata tajam yang terukur.

Sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer semasa hidupnya pernah menyindir, bahwa bangsa Aceh lebih berani dibanding bangsa-bangsa yang ada di nusantara saat ini. Mereka dengan seorang diri  berani menyerang tangsi (penjara) Belanda. Bayangkan, hanya seorang diri. Lain dengan yang ada saat ini. Mahasiswa yang tidak setuju dengan kenaikan uang kuliah atau kebijakan yang tidak akomodatif dan tidak aspiratif dari  Rektor, melawan hanya dengan otot, bukan dengan argumentasi yang memadai. Seakan dengan otot mampu menyelesaikan semua masalah.

Agar bangsa ini  dianggap ksatria, maka sekali lagi sang provokator (SP) menawarkan, yuk kita duel, satu lawan satu: mau tangan kosong atau dengan senjata itu lebih baik dan ksatria, dibanding tawuran lempar batu, main katepel, melesatkan busur panah dan sebagainya.

Jadilah bangsa ksatria!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline