Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Habis Mandala, Batavia Air?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1295059725589416914

[caption id="attachment_84881" align="alignright" width="217" caption="Ternyata bukan hanya Ketepatan waktu Mandala, google.com"][/caption] Bisnis penerbangan saat booming memacu para investor untuk mendirikan maskapai penerbangan baru, walau dengan modal besar dan laba minim sekalipun. Padahal meski laba yang dianggap tidak profitable ini selayaknya membuat perusahaan maskapai penerbangan berpikir merger. Tidak sedikit maskapai penerbangan bangkrut seperti Bouraq dan Adam Air. Kali ini Mandala Air terancam menyusul ke arah itu. Padahal bila dilihat dari komitmen ketepatan waktu lebih unggul dibanding Batavia Air yang suka delay dalam berbagai rute penerbangan. Mengapa bisa begitu? Menurut , pengamat industri penerbangan Kamis Martono, yang terjadi pada Mandala hanya terjadi di perusahaan tersebut dan bukan mencerminkan kondisi industri penerbangan RI secara umum. Menurutnya, Mandala Airlines terlilit masalah utang. Sebagai rujukan, pada 1997, Indonesia hanya memiliki lima maskapai penerbangan yang besar ditambah beberapa maskapai penerbangan kecil. Dalam 13 tahun saja membengkak dimana maskapai penerbangan besar yang beroperasi mencapai 15 dari total 27 maskapai, dimana 12 hanya tinggal papan nama dan tidak lagi beroperasi. Lainnya, ada 56 maskapai penerbangan kecil (commuter airlines) yang hanya melayani penerbangan domestik. Mengacu pada kondisi Amerika Serikat, "Idealnya cukup 5-6 maskapai penerbangan yang besar atau maksimal 8 maskapai ,ujar," ujar pengamat penerbangan Didi Sudibyo. Investasi di bidang maskapai penerbangan sangat besar sedangkan labanya atau return on equity-nya sangat kecil dan tidak mungkin mencapai BEP pada lima tahun operasi. Didi mencontohkan maskapai paling unggul sekelas Garuda Indonesia mengalami kesulitan permodalan, apalagi yang dibawahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline