Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Bersama Puspita Wasita

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293490216876742206

Setelah menulis tentang Atun,  Honey, Tyas, dan Tomy, maka kali ini biarlah SP menulis profil lain. Ini merukan upaya  dalam membentuk ikon "telisik" dari para kompasianer yang terang benderang. Hanya pengecualian khusus yang membuat SP tetap menulis walau pantangan harus dilanggar. Kali ini SP akan menulis Bersama Puspita Wasita. Siapa sebenarnya yang bersama Puspita saat ini? Yang pasti adalah sang cucunya yang selalu ditampilkan dalam profilnya (bila tidak berubah lagi). Lihatlah profilnya dengan seksama, sang cucu seakan salinannya beennnnarrr! Perempuan satu ini adalah lulusan fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang sangat gemar dalam mengisi rubrik kompasiana. Ia sebenarnya seorang solitaire yang tidak ingin jati dirinya diketahui luas oleh banyak publik. Hanya kepada SP saja ia curhat yang cukup banyak dan dapat saja dibuatkan dalam sebuah buku (bila ia mau menanggung ongkos cetak!). Kisah-kisah kuliahnya yang suka ngajak makan bakso dengan teman kuliahnya saja bisa menjadi sub tema atau bagian dari romantisme anak kuliahan. Ya, tentu saja bila ia mau menanggung resiko dicemburui oleh her next spouse yang setia mendampingi hidupnya hingga kini. Memang hanya nasib yang membawanya ke dalam jalur takdir ia tidak jadian dengan kawan akrabnya saat di UI. Namun demikian, ia kini justru banyak mendapatkan menantu dari bangsa yang menjadi romantisme lamanya di bangku kuliah dulu. Dengan moto Don't build a casttle on the air (mana bisa lagi membangun istana di udara? Di pantai pasir saja susah karena diterjang ombang ) Puspita banyak menulis  45 tulisan sejak 26 Juni 2010 hingga hari ini. Suatu prestasi yang perlu mendapat pembinaan lebih lanjut bila ingin mendapat nilai lulus yang memadai. Namun, ini masih lebih baik ketimbang kompasiana lain yang menulis 1 saja sulit dalam sebulannya. Adapun jenis tulisan Puspita itu dapat dikelompokkan ke dalam :

Jadi, ia lebih intens di dunia pendidikan, walau dalam kenyataannya ia bukanlah seorang guru melainkan seorang yang bekerja (pernah bekerja) di PLN. Itu loh perusahaan yang sangat kita butuhkan dalam menulis. Bukan, bukan kapur atau spidol untuk menulis, tapi LISTREK ibu-ibu. Tanpa listrik maka kita akan kesulitan untuk menghidupkan komputer atau laptop kita masing-masing. Belum ada pengganti listrik untuk menghidupkan alat-alat IT. Meskipun ada saja tentu orang yang tengah memakai kompos, minyak tanah atau bahan lain untuk menyalakan komputer. Tapi, kuatir malah akan bau atau sekalian kebakar deh bila memakai minyak tanah. Oya, bila SP menulis jarang sekali Puspita tidak memberikan tanggapan. Inilah nilai positif yang ada dalam diri perempuan dari (bangsa) Sunda ini. Mungkin dia sangat senang dengan etnis yang berasal dari Minang ngkali ya? Atau mungkin ada kenangan khusus, mana SP mau menulis di sini ( ha ha ha. ya yai!). Apakahj setelah tulisan ini dimuat dia akan marah? Di sinilah ujian bagi orang yang mengaku dirinya dewasa. (Persis dengan salah satu ayat yang artinya kira-kira begini, "Apakah layak dikatakan beriman bila belum Ku-uji?"). Bila ingin mendalami sosok perempua melankolis ini, maka dipersilakan menelusuri via komentar-komentarnya di istana SP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline