Lihat ke Halaman Asli

Sutan Pangeran

Bersahabat

Bila Selamatkan Hutan, Hutan Selamatkan Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Buka puasa bersama Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan setidaknya menjadi buka bersama yang paling berkesan dari dua kali bersama sebelumnya. Politisi PAN yang menempati rumah dinas di Jalan Denpasar No.15, Kuningan, Jakarta Selatan, setidaknya memberikan informasi penting bagi para tamu yang hadir Kamis(2/9) sore. Acara ini berlangsung berkat inisiatif para komunitas PPT Sriwijaya yang tersebar di 5 propinsi dari Sumatera Selatan hingga Lampung. Dalam sambutannya sebagai tuan rumah, Zulkifli mengajak tamu yang hadir untuk menanam pohon keras minimal satu pohon per tahun. Sehingga bila usia kita hingga 60 tahun, maka minimal 60 pohon telah kita tanam buat diri sendiri dan manfaatnya buat orang lain. Dan bila seseorang bisa mencapai umur 60 dan mampu menanam hingga 100 pohon sepanjang hidupnya, ia ibaratkan telah berderma kepada orang lain sebanyak 40 pohon untuk menutupi orang lain yang belum menanam pohon dalam hidupnya. Apabila sikap seperti ini ditanamkan kepada seluruh bangsa ini, tentulah Indonesia akan semakin hijau dengan miliaran tanaman keras yang ditanam sendiri oleh rakyat oleh habituasi yang positif. Betapa penting konsep ini, bukan? Menteri Zulkifli mengatakan pohon apa saja yang dapat membuat udara bersih dianjurkan untuk ditanam. Bila masyarakat sanggupnya menanam sengon (albasia), ya tanamlah itu seperti yang terlihat di pulau Jawa. Demikian pula bila sanggupnya menanam jati, maka tanamlah jati. Dan seterusnya. Saat Senin (30/8) ia diundang oleh Menteri Kehutanan Korea Selatan, betapa ia terkesan dengan kemajuan yang dicapai oleh bangsa Korea Selatan. Pertama, ia malu melihat kemajuan yang dicapai oleh bangsa Korea Selatan, dimana mereka tidak mempunyai tanah sebaik Indonesia, namun praktis di sana tidak ada lahan yang disia-siakan gundul sebagaimana di tanah air. Yang kedua, bangsa Korea Selatan merupakan bangsa yang pandai berterimakasih kepada alam semesta dan sang Khalik dengan cara menanam pohon. Padahal, jelas Menteri, alasan kedua, sikap masyarakat tidak kalah rajin dalam berdoa dan menganjurkan berbuat baik dalam segala macam ibadahnya, ditambahlah lagi Indonesia jauh lebih luas dalam kepemilikan lahan subur--tidak seperti di Korea Selatan--yang tanahnya berbatu-batu, dan harus ditanam dengan pola tanam yang sangat sulit. Mengapa Indonesia ketinggalan dalam memperlakukan kekayaan tanah yang ada? Padahal tanaman keras di Korea jauh lebih lambat dibanding pertumbuhan tanaman keras di tanah air. Bukan itu saja, Menteri Zulkifli beberapa kali menyindir tentang sikap yang ditunjukkan bangsa kita dalam memandang pentingnya hutan kurang memadai dibanding  yang telah ditunjukkan oleh bangsa Korea. Kelak dikemudian hari, siapa pun yang memiliki tanah namun dibiarkan begitu saja tanah tersebut akan diambil oleh negara. Indonesia hendaknya memanfaatkan hutan dengan maksimal sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Korea. Mereka telah memakai kayu hutan sebagai energi yang terbarukan dimana kayu dapat menjadi bahan pengganti batu bara atau minyak bumi yang persediaannya semakin menipis. Menurut Menteri, andai kita mampu menyelamatkan hutan, niscaya hutan akan menyelamatkan generasi manusia yang tinggal di nusantara ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline