Lihat ke Halaman Asli

Sutanandika

Cisadane Resik

Penerapan Pembelajaran Kasih Sayang dengan Model Problem Based-Learn: Laporan Kegiatan Berehan Guru Penggerak Jabar

Diperbarui: 16 September 2024   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Pada tanggal 4 September 2024, saya berbagi praktik baik penerapan Pembelajaran Kasih Sayang dengan Model Problem Based Learning kepada rekan guru di SMAN 1 Cijeruk. Kegiatan ini berhasil menghimpun antusiasme 14 guru, yang menunjukkan adanya kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih humanis.

Diskusi yang berlangsung kaya akan inspirasi. Para guru tidak hanya antusias mendengarkan, tetapi juga aktif berbagi pengalaman. Hasilnya? Terbentuknya kesepahaman bahwa pembelajaran kasih sayang dapat menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif bagi siswa untuk belajar.

Lebih dari sekadar berbagi pengalaman, pertemuan ini juga memicu komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Para guru menyusun rencana tindak lanjut yang konkret, menunjukkan keseriusan mereka dalam menerapkan model pembelajaran ini.

Diharapkan, langkah-langkah yang telah disepakati akan berdampak nyata, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, kita dapat berharap adanya peningkatan motivasi belajar siswa dan terciptanya hubungan guru-siswa yang lebih positif. Dalam jangka panjang, diharapkan model pembelajaran ini dapat membentuk karakter siswa yang lebih empati, peduli, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Laporan Best Practice Pembelajaran Sastra dengan Pendekatan Problem-Based Learning

Sutanandika, M.Pd

Situasi

Kegiatan pembelajaran sastra dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) yang diterapkan pada kelas XI SMAN 1 Cijeruk bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif siswa dalam memahami karya sastra. Selain itu, kegiatan ini juga diarahkan untuk menumbuhkan profil pelajar Pancasila, khususnya pada dimensi bernalar kritis, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, dan bergotong royong.

Dalam kelas XI Bahasa Sunda, saya melihat potensi besar untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berpikir kritis siswa. Meskipun awalnya terdapat beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri, saya yakin bahwa pendekatan yang tepat dapat memicu semangat mereka.

Saya terinspirasi untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan menggunakan cerita pendek Kafka "Di Hadapan Hukum" sebagai titik awal. Melalui analisis mendalam terhadap cerita ini, siswa diajak untuk:

  • Mengidentifikasi masalah: Siswa akan diajak untuk mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang relevan dengan cerita, seperti ketidakadilan, birokrasi, dan pencarian makna hidup.
  • Mencari solusi: Dengan berdiskusi dalam kelompok, siswa akan diajak untuk merumuskan solusi-solusi kreatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
  • Menghubungkan dengan kehidupan nyata: Siswa akan diajak untuk menghubungkan cerita dengan kondisi sosial di sekitar mereka dan menyampaikan pendapat mereka secara kritis.

Saya percaya bahwa dengan pendekatan PBL, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara karena mereka memiliki tujuan yang jelas, yaitu mencari solusi atas masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Selain itu, lingkungan belajar yang kolaboratif dan saling mendukung akan mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline