SEJARAH SINGKAT KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM
Oleh : HG Sutan Adil
Sejak terbakar habisnya Keraton Kuto Gawang, yaitu Ibu kota dari Kerajaan Palembang, oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) maka Kyai Mas Hindi dengan upaya dan kharismanya yang tinggi, menegakkan kembali harkat dan martabat Palembang. Dengan dibantu Bangsawan dan Panglima serta masyarakat yang sangat pemberani, Beliau berhasil mengusir VOC dan membentuk serta membangun kembali peradaban Palembang pasca Perang Benteng pertama tahun 1659 M. Kemudian pada tahun 1666 M, Pangeran Ario Kusumo atau Kyai Mas Hindi memproklamirkan Palembang menjadi Kesultanan Palembang Darussalam dan beliau dilantik sebagai sultan oleh Badan Musyawarah Kepala-kepala Negeri Palembang dengan gelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam serta mendapat legalitas pula dari Kesultanan Turki Utsmani.
Sebelumnya, sebuah keraton baru di Beringin Janggut dibangunnya dalam tahun 1660 M, dan sebuah masjid negara ditahun 1663 M. Masjid ini kemudian dikenal dengan Masjid Lama (17 ilir sekarang) dan kini hanya tinggal namanya saja di daerah tersebut, juga Keraton Beringin Janggut tinggal namanya saja yang dipakai sebagai sebuah jalan disana.
Sultan Pertama Kesultanan Palembang Darussalam ini, pada tahun 1662, Setelah Keraton Kuto Gawang Bakar Habis oleh VOC atau Kompeni, pusat pemerintahan dipindahkan ke Beringin Janggut yang letaknya di sekitar kawasan Mesjid Lama (Jl. Segaran Sekarang). Keraton beringin janggut atau Keraton Kuto Lamo adalah salah satu Istana Kesultanan Palembang Darussalam dan merupakan tempat tinggal Sultan Palembang Darussalam di zaman Sri Paduka Susuhunan Abdurrahman. Sekarang lokasi Istana Beringin Janggut tersebut telah menjadi kawasan pertokoan. Lokasi asal dari Istana Beringin Janggut ini terletak di Jalan Beringin Janggut Palembang.
Bapak pembangunan Kesultanan Palembang Darussalam ini setelah wafatnya disebut dengan Sunan Candi Walang, makamnya terdapat di Gubah Candi Walang 24 ilir Palembang, pemerintahannya selama 47 tahun. Dibawah kepemimpinan beliaulah Islam telah menjadi agama resmi Kesultanan Palembang Darussalam (Darussalam = negeri yang aman, damai dan sejahtera) dan pelaksanaan hukum syareat Islam berdasarkan ketentuan Al-Quran dan As-Sunah.
Beliaulah yang memantapkan menyusun, mengatur serta mengorganisir struktur pemerintahan modern secara luas dan menyeluruh, hukum dan pengadilan ditegakkan, pertahanan, pertanian, perhutanan dan hasil bumi lainnya ditata dengan serius. Struktur pemerintahan di tata sesuai menurut adat istiadat negeri yang lazim diatur leluhur kita di Palembang ini. Sultan mempunyai seorang penasehat Agama dan seorang sekretaris. Juga didampingi pelaksana pemerintahan sehari-hari sebagai pelaksana harian dan didampingi oleh Kepala Pemerintahan setempat sebagai Kepala Daerah. Tiga orang sebagai anggota Dewan Menteri terdiri dari pangeran Natadiraja, pangeran Wiradinata dan pangeran Penghulu Nata Agama yang mengatur tentang seluruh permasalahan Agama Islam.
Dimasa Kesultanan Palembang Darussalam inilah wilayah kekuasaannya sudah sangat luas dan jika dibandingkan wilayah daerah pemerintahan Keresidenan Palembang pada zaman Belanda itu adalah hampir sama, walaupun batas-batasnya tidak bisa dibilang sama juga. Ditinjau dari sudut geografinya, maka wilayah kekuasaan Kesultana Palembang Darussalam ini bisa meliputi daerah dari Jambi bagian selatan, Bengkulu Bagian timur pengunungan barisan, dan Lampung Bagian Utara yang dihubungkan oleh daerah rawa yang luas, dari Bengkulu oleh Bukit Barisan. Sungai-sungai didalamnya yang semuanya dapat dilayari dan semuanya bertemu pada suatu titik yaitu ibukota Palembang. Wilayah Kesultana Palembang Darussalam ini juga termasuk kepulauan Bangka dan Belitung, hal mana merupakan persyaratan untuk mendirikan suatu pusat kekuasaan yang kuat dan berdaulat.