SULALATUS SALATIN : BUKIT SEGUNTANG DAN KEDATANGAN SANGSAPURBA
Bag. 1/3
Oleh : HG Sutan Adil
Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul "Iskandar Zulkarnain Nenek Moyang Bangsa Melayu" yang merupakan terjemahan bebas dari Buku "Malay Annals" karya John Leyden dalam Bahasa Inggris yang juga diterjemahkan dari Bahasa Melayu dari Hikayat "Sulalatus Salatin" atau "Sejarah Melayu" ,tulisan dari Tun Seri Lanang.
Berhubung terjemahan Bab 2 dari buku tersebut juga panjang, maka dalam artiket sekarang ini, penulis akan membaginya dalam 3 bagian tulisan yang disesuaikan dengan isi ceritanya utuk beberapa waktu kedepan.
Ceritanya berawal dari ada sebuah negeri di negeri Andalas bernama Paralembang, yang saat ini bernama Palembang, yang rajanya bernama Damang Lebar Daun, yang berasal dari Raja Sulan, (Chulan?) besar kemungkinan cucunya.
Nama sungainya Muaratatang, yang di merupakan anak sungai lain bernama Sungai Malayu (Sungai Musi?), di dekat sumbernya ada gunung bernama gunung Sagantang Maha Miru.
Ada dua wanita muda Berlidung, yang satu bernama Wan-Ampu, dan yang lainnya Wan-Malin, bekerja menanam padi di gunung ini, di mana mereka memiliki sawah yang luas dan produktif. Suatu malam mereka mendapatkan sawah mereka berkilauan seperti api. Kemudian Ampu berkata kepada Malin, "Cahaya apa yang begitu cemerlang itu? Aku takut melihatnya." "Jangan berisik," kata Malin, "itu ular atau naga yang besar." Kemudian mereka berdua berbaring diam karena takut.