Lihat ke Halaman Asli

[KulinerDaihatsu] Manjakan Lidah dengan Pempek Khas Palembang

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388909781347518735

Sejenak rehat dari kesibukan yang mendera dan berinisiatif untuk mencari makanan di angkringan jalan Dago Bandung. Sepertinya Pempek Palembang cocok untuk hidangan sore ini, pikirku. Menimbang bahwa cuaca sore itu mendung. Tiba-tiba teringat peristiwa dimana waktu itu saya bersama kawan saya, Dendy dan Vita, sedang berada di salah satu food court di Jogja. Pada waktu itu kita serempak untuk memesan pempek Palembang. “Biarpun kita sedang di Yogya, tidak ada salahnya kita mencicipi pempek Palembang di Yogyakarta. Siapa tau beda”, kata Dendy. “Maksudnya pempek Palembang isi Yogyakarta? Atau Pempek Palembang isi Sulawesi Selatan?”, jawabku sembari berkelakar.

Kawan-kawan pasti sudah tahu jika pempek ini berasal dari Palembang. Tapi yang menjadi pertanyaannya mengapa sampai dinamai “Pempek Palembang”? Bingung juga kan kalau kita belum tahu sejarahnya. Konon katanya, dulu sekitar tahun 1617, di daerah Perakitan tinggalah seorang apek yang berusia 65 tahun. Ia merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan di Sungai Musi karena hasil tangkapan tersebut belum dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Alternatif pengolahan yang lain pun ia coba dengan mencampur daging ikan giling bersama tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Nah, Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya berkeliling dengan memakai sepeda, lantas pembeli sering mengejarnya dengan terburu-buru. Spontan para pembeli sering memanggilnya dengan sebutan “pek”, “simpek”, “apek”. Apek dalam bahasa Tionghoa berarti paman.

13889098271004634647

Menurut cerita rakyat yang lainnya bahwa di Palembang banyak etnik Tionghoa mencari penghidupan melalui cara berdagang dan menyajikan makanan dengan bahan dasar ikan dan tepung tapioka ketika upacara adat. Baru kemudian pada tahun 1916, makanan tersebut dijual oleh seorang keturunan Indonesia bernama Sipek.

Kembali saya mengajak pembaca untuk menelaah lebih lanjut, berhubung pada abad 16 singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia dan pada abad 18 sepeda baru dikenal di Perancis dan Jerman. Kemungkinan pempek merupakan makanan diferensiasi dari makanan Cina, mengingat pada saat itu kebanyakan pempek juga dijual oleh kaum keturunan Tionghoa.

Sebagian besar bahan pembuat pempek adalah ikan laut dan/ atau ikan sungai air yang notabene mengandung omega 3 yang berguna untuk pembentukan organ-organ penting seperti otak, jantung, alat kelamin sistem saraf yang baik untuk ibu hamil, anak-anak maupun orang dewasa serta dapat mengurangi kolestrol.

13889099071925249302

Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa asam lemak Omega 3 yang ada dalam minyak ikan berfungsi untuk memelihara tekanan darah agar tetap optimal, mencegah kadar kolesterol, mencegah penyakit jantung, mencegah radang sendi dan meningkatkan kekebalan tubuh. Penggunaan asam lemak omega 3 telah terbukti dapat membantu melindungi tubuh dari berbagai infeksi dan membantu menyembuhkan berbagai kondisi kesehatan, seperti autisme, sakit kepala karena migran, lupus, detak jantung tak beraturan, multiple sclerosis, dan serangan panik. Penggunaan zat asam ini juga membantu menurunkan rasa stres dan dampaknya pada tubuh.Ini dapat dilihat disini.

Kawan-kawan, penjelasan tadi kurang lebih memberi informasi kepada kita akan sejarah dibalik pempek khas Palembang. Tidak hanya itu, kandungan omega 3 nya yang dapat kita peroleh dari ikan laut/sungainya. Nah, it’s right time untuk memanjakan lidah dengan pempek khas Palembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline