Putih jerih payah bersatu padu dengan
merah yang memabukkan lidahku. Hangat.
Lalu bertambah hangat, kala tanpa
kuminta, kau selalu hadir dalam
setiap suapan. Meski kutahu, kau bukan
merah putih yang memerdekakan
nafsu mulut, pun perutku.
Pujian untuk-Nya menggema, sebab pikun
tak menjangkit anak muda bukan?
Tapi aku heran, mengapa piring tak berdosa
itu selalu saja melempar otakku pada kerumunan
rautmu yang berlumur saus tomat?
Pikun tidak menjangkit anak muda. Mitos
barangkali. Nyatanya kau tak pernah membahas
kapan terakhir kali kita menghangatkan diri
dalam kubangan bubur kacang hijau, pun
sama sekali tak kau tanya kenapa aku bisa tergelincir
dalam ambyarnya nasi goreng yang kaubeli untukku,
enam tahun lalu.
2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H