Lihat ke Halaman Asli

Perbaikan Jalan Pantura Akibat Banjir Perlu Disatukan untuk Menyambut Lebaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah curah hujan yang di luar kebiasaan, atau kondisi lahan daratan yang makin berkurang tutupan vegetasinya, sehingga proporsi run-off curah hujan semakin tinggi menggenangi daerah pantai utara DKI, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Terjadilah banjir yang menggenangi wilayah pantura dan Jalan Pantura yang terkenal sebagai urat nadi perekonomian Jawa itu.

Ada paradigma bahwa air adalah musuh utama struktur jalan, terutama yang ditutup dengan lapis aspal (flexible pavement). Diinformasikan oleh pihak yang berwenang, akibat banjir pada Jalan Pantura sepanjang 600 km terdapat 15.000 lubang. Banyaknya lubang ini tentu saja mengganggu kelancaran transportasi. Pemerintah menyadari pentingnya hal ini, sehingga Presiden bertitah agar lubang-lubang ini segera ditutup, serta meminta TNI ikut berpartisipasi. Kenapa TNI? Bukankah perbaikan jalan ini domainnya Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Barangkali karena di TNI ada Direktorat Zeni Angkatan Darat(disingkatDitziad) yang dapat dimobilisasi dengan cepat untuk melaksanakan perbaikan jalan. Sedangkan di Kementerian PU harus ada prosedur penganggaran yg perlu waktu. Perbaikan oleh Ditziad ini hanya untuk mengembalikan fungsi jalan dan mendapatkan kondisi jalan semi permanen. TNI langsung gerak cepat. Secara seremonial, Petinggi TNI ikut pegang cangkul dan jalankan mesin pemadat.

Menurut ahli transportasi, Jalan Pantura ini unik. Sesuai fungsinya disebut jalan Arteri Primer untuk mengakomodasi lalu-lintas jarak jauh, dengan kendaraan besar, dengan kecepatan tinggi. Jalur jalan disediakan untuk jalur cepat dan jaliur lambat. Namun realisasinya berfungsi juga sebagai jalan lokal karena banyaknya penyeberang melintas jalur cepat dari kedua koridor jalan. Di kedua sisi jalan terdapat aktifitas ekonomi dan pemukiman yang membangkitkan penyeberang jalan karena tidak adanya batas fisik di jalan Pantura. Fenomena jalan macet saat hari pasaran atau adanya hajatan yang menempati jalur lalu-lintas menjadi hal yang biasa.

Pada saat Lebaran, Jalan Pantura menjadi pilihan prasarana transportasi darat utama untuk ritual tahunan mudik dari Jakarta/Jawa Barat ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemerintah pun memfasilitasi pemudik dengan menyiapkan kondisi jalan layak dilewati. Penyiapan Jalan Pantura menyambut Lebaran menjadi program tahunan Kementerian PU yang intensif dilakukan sekitar dua bulan menjelang Lebaran. Banyak kritik dilontarkan terhadap program tahunan perbaikan jalan ini, seakan-akan jadi “never ending project”. Tahun lalu sudah diperbaiki, kenapa sekarang diperbaiki lagi? Barangkali perbaikan ini pada ruas yang berbeda; serta dari anggaran yang diminta hanya sebagian disetujui, sehingga perbaikan dengan skala prioritas dan tidak tuntas.

Tahun 2014 ini, Lebaran diprediksi jatuh pada tanggal 28-29 Juli 2014, yang berarti 5,5 bulan lagi. Kalau 2 bulan sebelum Lebaran sudah dimulai persiapan perbaikan menyambut Lebaran, berarti 3,5 bulan. Untuk efisiensi penggunaan anggaran, bukankah sebaiknya perbaikan jalan untuk mengatasi masalah akibat banjir disatukan dengan menyambut Lebaran? Hal ini juga untuk mengurangi biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat akibat lamanya terganggunya perjalanan akibat perbaikan jalan. Untuk terlaksananya hal ini, barangkali perlu dibuat gugus tugas khusus lintas kementerian. Atau perlu ada badan pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani Jalan Pantura yang lokasinya lintas provinsi semacam Balai Besar Jalan Pantura di bawah Kementerian PU.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline