Lihat ke Halaman Asli

susilo ahmadi

sekedar menyalur hobi menulis

Olahraga Lari: Bukan Untuk Semua Orang!

Diperbarui: 22 Mei 2022   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Dulu saya sering bertanya-tanya kenapa saat berolahraga saya jarang sekali bertemu dengan orang yang sama-sama berlari? Dalam sebulan mungkin hanya 1-2 kali saja bertemu tetapi kalau orang bersepeda hampir setiap sesi. Di tempat saya ada beberapa klub sepeda tetapi tidak ada klub lari sama sekali. Pernah saya mencoba mengajak beberapa orang membuat klub lari tetapi semuanya menolak. Saya mencoba membuat sebuah analisis:
1. Olahraga lari bukan untuk orang yang mengalami obesitas atau overweight. Bisa dibayangkan jika seorang dengan BB 100 kg mencoba berlari 20 km misalnya pasti akan susah sekali apalagi tak terlatih padahal populasi rakyat kita yang mengalami obesitas cukup banyak. Yang jelas berat badan berlebih akan membuat beban tambahan di lutut dan kaki dan ini rentan menyebabkan cedera. Padahal kalau sudah cedera biasanya akan sulit dipulihkan. Beberapa kali saya melihat seorang kakek berolahraga lari. Memang hanya beberapa ratus meter saja tetapi masalahnya beliau mengalami obesitas ditambah kalau berlari selalu dengan kaki telanjang lagi.
2. Olahraga lari bukan untuk penderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dll. Artinya jika anda memiliki salah satu penyakit ini sebaiknya pilihlah olahraga lainnya yang lebih ringan atau jika masih ingin tetap memaksakan diri sebaiknya dilakukan dengan sangat terencana dan terukur. Alkisah dulu ada salah satu tetangga yang menderita jantung koroner. Setelah sembuh beliau lantas rajin berolahraga lari. Hampir tiap pagi saya melihatnya berlarian di jalan samping rumah. Beberapa pekan kemudian beliau sudah ditemukan kaku di depan rumah pagi usai berlari. Begitu pula dengan hipertensi karena saat berlari akan membuat jantung berdetak lebih cepat dan ini otomatis akan membuat tekanan darah naik. Inilah yang selalu saya ingatkan kepada orang-orang yang ingin berolahraga apapun: hati-hati karena olahraga apapun seperti pedang bermata dua.
3. Olahraga lari sebaiknya tidak dilakukan oleh orang berusia lebih 40 tahun. Sudah jelas ketika berusia lebih 40 tahun otot sudah tidak sekuat dulu termasuk otot jantung. Begitu pula tulang. Ini tidak berlaku buat yang sudah terbiasa rutin berlari sejak sebelum usia 40. Contoh saya sudah berusia lebih 40 tahun tetapi syukurlah masih nyaman berolahraga lari sampai sekarang karena sudah sejak usia 30-an rutin berlari. Memang berasa sudah tidak sebugar dulu atau ada sedikit penurunan tetapi dengan sejumlah latihan penguatan otot di sana sini hasilnya jadi tidak terlampau parah. Anehnya masih banyak orang tak terlatih yang tetap memaksakan diri melakukan olahraga ini walau kondisi fisik sudah tidak mumpuni lagi padahal masih banyak pilihan lain yang lebih aman seperti pilates, yoga, atau berenang.
4. Olahraga lari bukan buat yang terbiasa gaya hidup sedentary. Kalau anda sibuk melulu duduk-duduk di kantor dari pagi sampai sore dari Senin sampai Jumat maka saya sangat tidak menyarankan olahraga jenis ini. Bahkan sepeda santai akhir pekan pun saya kurang menyarankannya. Beberapa waktu lalu ada sebuah kisah menarik dan cukup menghebohkan. Seorang dokter di akhir pekan bersepeda santai sendirian. Beliau kemudian berhenti di depan sebuah warung untuk meminta ijin beristirahat. Sang pemilik warung lama-lama curiga karena beliau tidur lama sekali di depan warungnya. Pemilik mencoba membangunkannya tetapi tak berhasil kemudian langsung memanggil polisi. Saya tidak tahu hasil otopsinya (kalau memang diotopsi) cuma dugaan kuat beliau mengalami serangan jantung. Karena itu saya justru miris melihat orang-orang bersepeda ramai-ramai di jalanan tiap akhir pekan. Bersepeda memang bagus tetapi sebaiknya olahraga apapun ditakar dengan kemampuan diri. Banyak yang aktivitasnya cuma duduk-duduk seharian selama 5 hari sepekan lalu Sabtu dan Minggu joss bersepeda mulai pagi sampai siang atau sore. Ini mirip orang yang puasa sepekan lalu berbuka sebanyak-banyaknya di akhir pekan. Tubuh tidak bisa diperlakukan seperti itu. Akibatnya bukannya manfaat olahraga yang didapat tapi mudlarat alias celaka.  Lebih baik berolahraga 30 menit per hari setiap hari daripada 5 jam sekaligus dalam sehari dalam sepekan. 

     Yup olahraga berlari memang kelihatan sepele. Siapa saja bisa melakukannya. Apa susahnya sih toh cuma berlari aja? Akan tetapi persoalannya adalah apakah olahraga jenis ini adalah pilihan tepat buat tubuh kita? Nah bagi anda yang masih ingin tetap berolahraga lari sebaiknya terlebih dulu periksakan diri ke dokter spesialis olahraga. Di situ saya yakin anda akan mendapatkan saran terbaik. Selain itu saat berolahraga gunakan gelang HRM atau Heart Rate Monitor untuk memantau jantung anda. Di HRM sekarang umumnya sudah ada fitur untuk mendeteksi detak jantung yang tak normal seperti aritmia atau takikardia. Jangan lupa bawa selalu ponsel anda supaya ada sarana jika membutuhkan pertolongan atau ajak teman yang memahami cara memberikan pertolongan pertama jika ada serangan jantung misalnya. Di aplikasi lari sekarang misalnya sudah tersedia fitur untuk memberikan posisi secara LIVE kepada anggota keluarga di rumah.  Yang terakhir gunakan outfit yang terbaik yang mampu anda beli. Lebih baik membeli sepatu mahal misalnya daripada kaki cedera bukan? Selamat berlari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline