Lihat ke Halaman Asli

Peningkatan Hasil Belajar dengan Numbered Head Together

Diperbarui: 11 Januari 2023   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Pendahuluan

  • Latar Belakang Masalah
  • Pendidikan merupakan suatu proses untuk merubah sikap, kemampuan berfikir, dan kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Seperti dalam Undang -- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ( 1 ) yang menyatakan pendidikan sebagai " ... usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, Masyarakat, bangsa dan negara". Untuk merubah sikap yang awalnya belum bisa berkembang baik supaya menjadi baik perlu proses pembiasaan dalam pembelajaran setiap hari. Dengan terbentukya sikap yang baik akan tercipta minat siswa untuk berfikir sehingga memudahkan guru memberikan materi sesuai yang diharapkan. Apa bila hal tersebut telah dilakukan dengan maksimal, harapan ke depan  akan tercipta bangsa Indonesia yang cerdas dan bermutu dalam era globaisasi saat ini.
  • Melihat wacana pendidikan di Indonesia Pemerintah mewajibkan kepada rakyatnya untuk mengenyam pendidikan Dasar selama sembilan tahun sesuai dengan PP 47 tahun 2008 dengan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. sejalan dengan hal ini, Kita sebagai Pendidik harus ikut mendukung program Pemerintah tersebut.
  • Membentuk karakter bangsa yang cerdas salah satunya mengasah intelektual generasi bangsa dengan pembelajaran matematika. Yang mana di dalam buku Pendidikan Matematika I karya Karso dan kawan -- kawan menyebutkan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani " mathein " atau " manthenein " artinya " mempelajari ", namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata sansekerta " medha : atau " widya " yang artinya " kepandaian ", " ketahuan ", atau " intelegensi " ( Andi Hakim Nasution, 1980,h.12 ). Melihat makna matematika itu menunjukkan bahwa di kalangan Masyarakat ilmu matematika merupakan tolok ukur kecerdasan otak manusia.
  • Mencapai tujuan nasional Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa tidaklah mudah. Butuh strategi -- strategi supaya Masyarakat mudah menerima proses pembelajran matematika dengan baik. Beberapa strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik dan dianggap sesuai pada saat ini antara lain (1) problem solving, (2) problem posing, (3) open-ended problem, (4) mathemathical investigation, (5) guided discovery, (6) contextual learning, (7) cooperative learning. ( Gathot Muhsetyo, 2013:2.26 ).
  • Berkaitan strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik, Penulis merefleksi diri bahwa dalam melakukan pembelajaran masih banyak kekurangan terutama pada strategi pembelajaran yang digunakan belum maksimal dan kurang membangun. Akibat dari hal itu penulis memperoleh hasil belajar siswa yang msih rendah yaitu hanya 45% dari 20 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Penulis juga melihat kebosanan siswa dalam berhitung dan ada siswa yang melamun ketika guru menerangkan di hadapan kelas.
  • Permasalahan -- permasalahan tersebut tentunya membutuhkan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang operasi hitung bilangan bulat dengan sifat asosiatif sehingga hasil yang diharapkan dapat meningkat.
  • Penulis berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengadakan penelitian tindakan kelas melalui perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head together. Model pembelajaran ini termasuk salah satu model pembelajaran koperatif yang menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar di kelas. Dalam prosesnya Numbered Head Together menggunakan metode diskusi untuk memecahkan masalah dalam kelompoknya dan saling memahamkan anggota dalam satu kelompok itu. Harapannya melalui kerja kelompok dan saling memahamkan diantara anggota dalam kelompok itu dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan bulat dengan sifat asosiatif perkalian dan penjumlahan.
  • Identifikasi Masalah          : 
  • Siswa tidak ada yang bertanya dalam pembelajaran.
  • Siswa ada yang bermain sendiri ketika guru sedang menjelaskan.
  • Hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
  • Analisis Masalah    :
  • Guru terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada siswa.
  • Dalam memberi penjelasan, guru terlalu monoton tidak bervariatif
  • Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa.
  • Fokus Perbaikan :
  • Berbagai permasalahan telah diuraikan. Penulis berusaha melakukan perbaikan pembelajaran Matematika dalam operasi hitung bilangan bulat dengan sifat asosiatif penjumlahan dan pengurangan dengan fokus perbaikan : meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dengan model pembelajaran Numbered Head Together.
  • Rumusan Masalah 
  • Beberapa analisis masalah yang telah dilakukan, penulis merumuskan masalah penelitian tindakan kelas tentang operasi hitung bilangan bulat dengan sifat asosiatif penjumlahan dan perkalian yaitu :
  • Bagaimana perubahan sikap siswa pada materi Operasi Hitung Perkalian dan Penjumlahan Bilangan Bulat dengan sifat Asosiatif melalui model pembelajaran Numbered Head Together?
  • Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together?
  • Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran 
  • Masalah -- masalah di atas telah penulis uraikan. Tentunya perbaikan dalam penelitian ini, untuk beberapa masalah tersebut memiliki tujuan antara lain :
  • Mengetahui seberapa jauh sikap siswa pada pembelajaran tentang sifat asosiatif penjumlahan dan perkalian bilangan bulat dengan model pembelajaran Numbered Head Together.
  • Mengetahui seberapa jauh peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Numbered Head Together.
  • Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
  • Perbaikan pembelajaran matematika yang telah dilakukan ini memiliki manfaat untuk beberapa kalangan sebagai berikut :
  • Bagi siswa
  • Adanya perbaikan pembelajaran matematika tentang operasi bilangan bulat dengan asosiatif penjumlahan dan pengurangan melalui model pembelajaran Numbered Head Togheter Siswa dapat peran serta dan aktif dalam belajar kelompok di dalam kelas. Siswa yang kurang paham dalam bab tersebut bisa menjadi lebih paham dengan bantuan temannya di kelompok masing -- masing. Siswa yang biasanya  mengantuk saat belajar menjadi lebih cerah dalam mengikuti pelajaran matematika.
  • Bagi institusi
  • Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini didukung dan disetujui oleh Kepala Sekolah serta didampingi oleh teman sejawat di sekolah. Hal itu bisa memberi motivasi kepada pendidik lain untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Terlebih apa bila hasil Penelitian tersebut baik dan bisa disebarkan ke guru -- guru yang lain. Apa bila Penelitian ini biasa dilakukan, prestasi sekolah pun menjadi baik.
  • Bagi guru
  • Melakukan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki pembelajran yang telah dilaksanakan. Adanya penelitian itu, guru secara intensif melakukan perbaikan dan berperan secara langsung di dalam perbaikan tersebut. Hal itu bisa menigkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dapat merefleksi dalam pembelajaran yang sebelumnya. Selain itu guru mempunyai inovasi -- inovasi baru untuk meningkatkan pemahaman peserta didiknya.

Kajian Pustaka

  • Pengertian Belajar
  • Menurut beberapa para ahli, belajar mengandung banyak makna antara lain :
  • Menurut Gagne ( 1985 ) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman ( Ratna Willis Dahar, 1989, hal. 11 op.cit Sri Anitah W, dkk., 2011, hal 1.3 )
  • Anita E Woolfolk ( 1993 ) mengartikan belajar sebagai perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu. Menurut dia belajar terjadi bilamana pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan, dan perilaku yang relatif permanen pada seseorang atau individu ( Agus Taufik, dkk., 2014 : 5.3 -- 5.4 ).
  • Abin Syamsuddin ( 2000 ) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dan pribadi ( Agus Taufik, dkk., 2014 : 5.4 ).
  • Santrock dan Yusen ( 1994 ) menegaskan definisi belajar ketika dia menyatakan " learning is defined as a relatively permanent change in behavior that occurs throughh experience ". Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi karena pengalaman ( Agus Taufik, dkk., 2014 : 5.4 ).
  • Berdasarkan pengertian belajar di atas, hampir dari pendapat mereka menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan sikap dari pengalaman yang didapatkannya. Dalam penelitian ini penulis berusaha memberi pengalaman kepada siswa tentang belajar yang baik untuk merubah perilaku dan pengetahuan supaya menjadi lebih baik.
  • Prinsip -- Prinsip Belajar 
  • Keberhasilan dalam belajar tentunya memiliki prinsip atau pegangan untuk mencapainya. Adapun prinsip -- prinsip belajar sebagai aktifitas yang terpadu dalam pendidikan anak di SD menyebutkan :
  • Belajar dapat membentu perkembangan optimal individu sebagai manusia yang utuh.
  • Belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan anak sebagai titik sentral.
  • Aktivitas pembelajaran yang diciptakan harus membuat anak telibat sepenuh hati, aktif menggunakan berbagai potensi yang dimilikinya.
  • Belajar sebagai proses terpadu tidak hanya dapat dilakukan secara individual dan kompetitif melainkan juga dapat dilaksanakan secara koperatif.
  • Pembelajaran yang dupayakan oleh guru harus mendorong anak untuk belajar secara terus menerus.
  • Pemebelajaran di sekolah harus memberi kesempatan kepada setiap anak untuk meju berkelanjutan sesuai dengan potensi yang dimiliki dari kecepatan belajar masing -- masing.
  • Belajar sebagai proses yang terpadu memerlukan dukungan fasilitas fisik dan sekaligus dukungan sistem kebijakan yang kondusif.
  • Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi dilakukan secara terpadu.
  • Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan untuk menjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan keluarga.
  • ( Agus Taufik, dkk.,2014 : 5.13 -- 5.16 )
  • Faktor -- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
  • Dengan menggunakan pendekatan sistem, AbinSyamsuddin Makmur ( 1995 ) mengemukakan 3 faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yaitu ; faktor input, faktor proses, dan faktor output ( Agus Taufik dkk., 2014 : 5.20 )
  • Faktor input ( masukan ) meliputi : ( 1 ) raw input atau masukan dasar yang menggambarkan kondisi individual anak dengan segala karakteristik fisik dan psikis yang dimilikinya. ( 2 ) instrumental input ( masukan instrumental ) yang mencakup guru, kurikulum, materi dan metode, sarana dan fasilitas, ( 3 ) environmental input ( masukan lingkungan ) yang mencakup lingkungan fisik, geografis, sosial, dan lingkungan budaya. Faktor proses menggambarkan bagaimana ketiga jenis input tersebut saling berinteraksi satu sama lain terhadap aktivitas belajar. Faktor output adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah anak melakukan aktivitas belajar ( Agus Taufik, dkk., 2014, op.cit hal. 5.20 -- 5.21 ).
  • Menurut ( Rochman Natawidjaja, ( 1984 ) op.cit Agus Taufik, dkk., 2014, hal 5.22 ) menyebutkan unsur -- unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa disekolah :
  • Guru : kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan personal.
  • Pribadi Siswa : umur, kondisi dan kesehatan fisik, kemampuan, bakat minat, dan motivasi.
  • Bahan pelajaran : isi kurikulum dan silabus.
  • Tujuan : kompetensi yang harus dimiliki atau perilaku yang harus diubah oleh siswa ( kognitif, afektif, psikomotor ).
  • Faktor ekonomis dan administratif :
  • Kemudahan mendapatkan sumber bahan, biaya, dan waktu.
  • Ukuran kelas, lama pelajaran, dan sarana.
  • Sifat Asosiatif pada Operasi Perkalian dan Penjumlahan
  • Beberapa sumber buku menjelaskan beberapa pengertian sifat asosiatif perkalian dan penjumlahan antara lain :
  • Dalam Asyiknya Belajar Matematika V menjelaskan sifat asosiatif merupakan sifat pengelompokan. Penjumlahan atau perkalian bilangan bulat dapat dikelompokkan secara berbeda. Hasilnya tetap sama ( Mas Titing Sumarni dan Siti Kamsiyati.,2009, op.cit, hal. 7).
  • ( Dwi Priyo Utomo dan Ida Arijanny, 2009 : 13 ) menyebutkan pada penjumlahan dan perkalian berlaku sifat asosiatif atau pengelompokan.
  • ( a + b ) + c = a + ( b + c )
  • ( a x b ) x c = a x ( b x c )

Menurut ( Lusia Tri Astuti dan P. Sunardi, 2009 : 6 ) Asosiatif artinya pengelompokan. Sifat asosiatif dibedakan menjadi dua yaitu :

  • Asosiatif pada penjumlahan
  • ( a + b ) + c = a + ( b + c )
  • Asosiatif pada perkalian
  • ( a x b ) x c = a x ( b x c )
  • Dalam Pandai Berhitung Matematika mejelaskan hukum perkalain pada operasi hitung bilangan bulat yaitu :
  • Perakalian dua bilangan bulat yang sama tandanya, hasilnya bilangan bulat positif.
  • Contoh :
  • 3 x 3 = 9
  • 2 x 3 = 6
  • ( -2 ) x ( -3 ) = 6
  • ( -3 ) x ( -3 ) = 9
  • Perkalian dua bilangan bulat berbeda tandanya, hasilnya bilangan bulat negatif.
  • Contoh :
  • ( -2 ) x 3 = -6
  • ( -3 ) x 3 = -9
  • 3 x ( -3 ) = -9
  • 2 x ( -3 ) = -6
  • Pembelajaran Matematika di SD
  • Pelajaran matematika sebagian besar mengatakan pelajaran yang sering ditakuti oleh peserta didik karena tingkat kesulitannya yang dianggap cukup rumit. Sebetulnya kerumitan itu bisa diatasi dengan pembelajaran matematika yang baik.
  • Beberapa teori tentang pembelajaran matematika di SD :
  • Dalam proses belajar matematika, Bruner ( 1982 ) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik agar mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalm menemukan pola ( pattern ) dan hubungan / keterkaitan ( relations ) ( Gatot Muhsetyo, 2013 : 1.9 ).
  • Teori Ausubel mengemukakan teori makna ( meaning theory ) yang artinya pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika ( Gatot Muhsetyo, 2013 : 1.9 ).
  • Teori perkembangan intelektual Jean Peaget menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu (a) sensori-motor ( 0 -- 2 tahun ), (b) pra- operasional ( 2-7 tahun),(c) operasional konkret ( 7-11 tahun ), dan(d) operasional ( > 11 tahun). Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan itelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan terutama untuk menyesuaikan " keabstrakan" bahan matematika denagn kemampuan berpikir abstrak anak pada saat itu ( Gatot Muhsetyo, 2013 : 1.9 ).
  • Teori Jerome Bruner ( Pembelajaran matematika SD,2013, h. 1.12 ) berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajran dengan lebih mudah. Urutan bahan yang dirancang biasanya juga terkait usia atau umur anak ( Gatot Muhsetyo, 2013 : 1.9 ).
  • Secara lebih jelas Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu (a) enactive ( manipulasi objek langsung), (b) iconic ( manipulasi objek tidak langsung), (c) simbolic ( manipulasi simbol ).
  • Teori George Polya atau teori pemecahan masalah  ( Pembelajaran matematika SD,2013, h. 1.12 ) yang menyebutkan teknik heuristics ( bantuan untuk menemukan), meliputi (a) understand the problem, (b) devise a plan, (c) caary out the plan, dan (d) look back. ( Gatot Muhsetyo, 2013 : 1.9 ).
  • Model Pembelajaran Numbered Heads Together
  • Beberapa strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik dan dianggap sesuai pada saat ini antara lain (1) problem solving, (2) problem posing, (3) open-ended problem, (4) mathemathical investigation, (5) guided discovery, (6) contextual learning, (7) cooperative learning. ( Gathot Muhsetyo, 2013:2.26 ).
  • Berdasarkan pernyataan tersebut strategi pembelajaran matematika yang membangun salah satunya dengan Cooperative Learning ( pembelajaran koperatif .
  • Pembelajaran koperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok -- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen ( Rusman, 2010:202 ).
  • Tom V. Savage ( 1987 : 217 ) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok ( Rusman., op.cit. hlm.203 ).
  • Johnson dalam Hasan, 1996 juga mengemukakan cooperative learning adalah  pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ( Rusman., op.cit. hlm.204 ).
  • Berdasarkan makna dari koperatif learning tersebut, pembelajaran matematika yang bisa membangun salah satunya dengan pembelajran secara berkelompok, saling memahamkan di antara anggota kelompok tersebut.
  • Koperatif learning memiliki beberapa model pembelajran. salah satu model yang penulis gunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah model Numbered Heads Together ( NHT ).
  • Model pembelajaran Numbered Heads Together dikembangkan oleh Russ Frank. NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk sharing ide -- ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model ini juga meningkatkan semangat kerja sama siswa. NHT dapat digunakan untuk semua mata pelajran dan tingkatan kelas ( Miftakhul Huda, 2011:138 )
  • Prosedur model Numbered Heads Together :
  • Siswa dibagi dalam kelompok -- kelompok. Masing -- masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
  • guru memberikan tugas / pertanyaan dan masing -- masing kelompok mengerjakannya.
  • Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan emmastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
  • Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Pelaksanaan Penelitian

  • Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
  • Subjek Penelitian
  • Penelitian Tindakan Kelas mata pelajaran matematika kelas V tentang operasi hitung bilangan bulat dalam penjumlahan dan perkalian dengan sifat asosiatifnya semester satu tahun pelajaran 2014 / 2015.
  • Tempat Penelitian
  • Sekolah                  : MIS Ma'arif NU Kebonsari
  • Kelas                     : V ( lima )
  • Waktu Penelitian
    • No.
    • ketentuan
    • penelitian
    • SIKLUS I
    • SIKLUS II
    • 1
    • Hari, Tanggal
    • Selasa, 14 Oktober 2014
    • Selasa,27 Oktober 2014
    • 2
    • Waktu
    • 07.15 -- 08.30 WIB
    • 07.15--08.30 WIB
    • 3
    • Tempat
    • MIS Ma'arif NU Kebonsari
    • MIS Ma'arif NU Kebonsari
    • 4
    • Mata Pelajaran
    • Matematika
    • Matematika
    • 5
    • Masalah
    • Siswa belum bisa mengoperasikan hitung penjumlahan dan perkalian bilangan bulat.
    • Ada siswa yang melamun saat guru menerangkan
    • Siswa cepat bosan dalam belajar berhitung

    • Siswa belum bisa mengoperasikan hitung penjumlahan dan perkalian bilangan bulat.
    • Ada siswa yang melamun saat guru menerangkan
    • Siswa cepat bosan dalam belajar berhitung


    • Pihak yang Membantu
    • Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah rekan guru, Kepala Sekolah, Pengurus Sekolah, dan Peserta Didik Mis Ma'arif NU Kebonsari
    • Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
    • Siklus I
    • Berdasarkan identifikasi, analisis dan refleksi pembelajaran pra siklus, Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I menemukan beberapa masalah antara lain siswa belum bisa melakukan operasi hitung penjumlahan dan perkalian bilangan bulat dengan sifat asosiatifnya, ada yang melamun ketika pembelajaran, serta siswa terlihat cepat bosan dalam berhitung. Melihat permasalahan tersebut, penulis melakukan fokus perbaikan dengan model pembelajaran Numbered Head Together.
    • Pelaksanaan perbaikan ini dilakukan beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
    • Tahap Perencanaan
    • Kegiatan pada tahap perencanaan sebagai berikut :
    • Membuat rancangan perbaikan pembelajaran tentang operasi hitung bilangan bulat penjumlahan dan perkalian sifat asosiatif.
    • Menentukan alokasi waktu perbaikan pembelajaran.
    • Menentukan fokus perbaikan pembelajaran.
    • Merancang alat -- alat evaluasi
    • Membuat lembar observasi guru dan siswa.
    • Menentukan teman sejawat.

    • Tahap Pelaksanaan
    • Langkah -- langkah pelaksanan perbaikan pembelajaran :
    • 1. Pra Kegiatan ( 5 menit )
    • a. Mengkondisikan anak.
    • b. Menyiapkan perangkat pembelajaran.
    • 2. Kegiatan Awal ( 10 menit )
    • a. Mengucapkan salam dan berdoa.
    • b. Mengecek kehadiran siswa.
    • c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
    • d. Memberi penjelasan inti materi pelajaran.
    • 3. Kegiatan inti ( 45  menit )
    • a. Eksplorasi
    • 1. Guru menjelaskan operasi hitung penjumlahan dan perkalian bilangan bulat dengan sifat asosiatif serta hukum matematika perkalian bilangan bulat.
    • 2. Guru membagi kelompok sebanyak empat. Satu kelompok terdiri dari lima anak.
    • 3. Guru memberikan nomor pada setiap anak di dalam setiap kelompok.
    • 4. Guru memanggil nomor siswa untuk menuliskan hasil jawabannya.
    • b. Elaborasi
    • 1. Siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang diberikan oleh guru.
    • 2. Siswa mendiskusikan soal -- soal dalam kelompoknya dan saling memberi pemahaman terhadap teman yang belum bisa mengerjakan.
    • 3. Siswa maju ke depan sesuai panggilan guru untuk menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa lain mengoreksi hasil tersebut bersama -- sama.
    • c. Konfirmasi
    • Berdasarkan latihan hitung operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat siswa dapat menggunakan sifat asosiatif dan komutatif penjumlahan dan perkalian.
    • 4. Kegiatan akhir ( 10 menit )
    • Guru menilai hasil tes tertulis pada proses pembelajaran.

    • Tahap Observasi
    • Pengamat melakukan observasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I. Hasil pengamatan tersebut yaitu mengenai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan guru dan siswa dalam pembelajaran.
  • Di bawah ini deskripsi hasil pengamatan siklus I :

    Pengamatan pada guru :

    • Guru dalam memberi penjelasan terlalu cepat.
    • Media pembelajaran sudah sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, namun penggunaannya kurang maksimal.
    • Pemantauan guru terhadap siswa dalam proses diskusi kelompok kurang menyeluruh.
    • Waktu evaluasi untuk siswa terlalu cepat sehingga siswa gugup dalam mengerjakan soal evaluasi.
    • Pengamatan pada siswa :
    • Ada siswa yang bermain sendiri ketika guru menerangkan.
    • Siswa terlihat kurang bersemangat dalam pembelajaran.
    • Siswa menunjukkan wajah gelisah dan terlihat mudah bosan dalam berhitung.
    • Siswa terlihat gugup dalam mengerjakan soal evaluasi.
    • Tahap Refleksi
    • Ada siswa yang bermain sendiri karena tidak bisa mengikuti penjelasan guru yang terlalu cepat.
    • Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran karena model pembelajaran yang digunakan kurang menarik perhatian siswa.
    • Siswa terlihat mudah bosan dalam berhitung karena guru kurang dalam pemantauan per kelompok, sehingga kelompok yang belum paham tidak mau berhitung terlalu lama.
    • Siswa terlihat gugup dalam mengerjakan soal evaluasi dan pemahaman siswa kurang sehingga hasil tes kurang maksimal walaupun sudah lebih dari 50 % sudah mencapai kkm.

    • Siklus II
    • Pelaksanaan perbaikan siklus II berlandaskan hasil perbaikan siklus I. Perbaikan siklus II dilaksanakan karena dalam siklus I hasil belajar siswa belum maksimal walaupun sudah mencapai kkm sebanyak 75 %. Namun nilai yang dicapai sebagian besar hanya mencapai ketuntasan saja. Hal ini menunjukkan hasil nilai yang cukup standar. Hanya enam siswa yang mencapai nilai di atas kkm.
    • Melihat hasil belajar pada siklus I tersebut, Penulis berusaha mengadakan perbaikan siklus II untuk meningkatkan lagi ketuntasan belajar siswa kelas V MIS Ma'arif NU Kebonsari.
    • Adapun pelaksanaan perbaikan siklus II juga melalui beberapa tahap, antara lain tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
    • Berikut deskripsi tiap tahap :
    • Tahap Perencanaan
    • Tahap perencanaan meliputi :
    • Membuat rancangan perbaikan pembelajaran.
    • Menentukan alokasi waktu perbaikan pembelajaran.
    • Menentukan fokus perbaikan.
    • Membuat alat evaluasi.
    • Membuat lembar observasi guru dan siswa.
    • Menentukan teman sejawat sebagai pengamat.
    •  Tahap Pelaksanaan
    • Langkah -- langkah perbaikan pembelajaran :
    • Pra Kegiatan ( 5 menit )
    • a. Mengkondisikan anak.
    • b. Menyiapkan perangkat pembelajaran.
    • Kegiatan Awal ( 10 menit )
    • a. Mengucapkan salam dan berdoa.
    • b. Mengecek kehadiran siswa.
    • c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
    • d. Memberi penjelasan inti materi pelajaran.
    • Kegiatan inti ( 30 menit )
    • a.  Eksplorasi
    • 1. Guru menjelaskan tentang hukum matematika di dalam operasi hitung penjumlahan dan perkalian bilangan bulat.
    • 2. Guru membagi kelompok menjadi lima. Satu kelompok terdiri dari 4 anak.
    • 3. Guru memberikan nomor pada setiap anak di dalam setiap kelompok.
    • 4. Guru memanggil nomor siswa untuk menuliskan hasil jawabannya.

    • b.   Elaborasi
    • 1. Siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang diberikan oleh guru.
    • 2. Siswa mendiskusikan soal -- soal dalam kelompoknya dan saling memberi pemahaman terhadap teman yang belum bisa mengerjakan.
    • 3. Siswa maju ke depan sesuai panggilan guru untuk menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa lain mengoreksi hasil tersebut bersama -- sama.
    • c. Konfirmasi
    • Berdasarkan latihan hitung operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat siswa dapat menggunakan sifat asosiatif dan komutatif penjumlahan dan perkalian.
    • Kegiatan Akhir ( 25 menit )
    • Guru menilai hasil tes tertulis pada proses pembelajaran.
    • Tahap Observasi
    • Pengamat melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika di kelas V MIS Maarif NU Kebonsari. Hasil observasi tersebut sebagai berikut :
  • Pengamatan pada guru :

    • Guru dalam memberi penjelasan sudah bisa mengkontrol kecepatannya sehingga siswa bisa mengikuti dengan baik.
    • Model pembelajaran yang digunakan sudah maksimal.
    • Guru sudah mulai memperluas pemantauan terhadap masing -- masing kelompok.
    • Guru sudah memberi waktu yang cukup untuk mengerjakan soal evaluasi.
    • 4. Tahap Refleksi
    • Siswa bisa mengikuti penjelasan guru dengan baik.
    • Sikap siswa terlihat antusias karena daya tarik model pembelajaran Numbered Heads Together yang digunakan oleh guru.
    • Siswa sudah tidak ada yang bermain sendiri ketika proses pembelajaran.
    • Siswa yang tidak paham dalam kelompoknya menjadi aktif bertanya kepada guru karena guru telah memantau per kelompok secara merata.
    • Teknik Analisis Data
    • Data hasil penelitian tindakan kelas di MIS Ma'arif NU Kebonsari dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
    • Analisis kuantitatif digunakan untuk mengambil dan memproses hasil nilai tes formatif siswa. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, dinilai, dan dihitung rata -- rata kelasnya serta diidentifikasi pencapaian nilai terhadap KKM yang teah ditentukan.
    • Analisis kualitatif digunakan untuk mengamati kinerja guru dan perubahan sikap siswa.Analisis ini menggunakan instrumen lembar observasi. 
    • Di bawah ini bentuk lembar observasi terhadap guru :
    • Tabel 3.1 form observasi guru :
      • No.
      • Aspek yang diamati
      • Skor
      • 1-5
      • I

      II

      III

      • Kegiatan awal

      • 1.
      • Persiapan perlengkapan pembelajaran

      • 2.
      • Menyampaikan tujuan pembelajaran

      • 3.
      • Menggali pengetahuan awal siswa

      • 4.
      • Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu

      • 5.
      • Memberi semangat siswa

      • Kegiatan inti

      • 1.
      • Menguasai materi pelajaran

      • 2.
      • Kesesuaian materi dengan indikator

      • 3.
      • Berperan sebagai fasilitator

      • 4.
      • Mengajukan pertanyaan pada siswa di kelas

      • 5.
      • Memberi waktu kepada siswa untuk menjawab

      • 6.
      • Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

      • 7.
      • Memberi kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dan diskusi

      • 8.
      • Menggunakan media pembelajaran

      • 9.
      • Kejelasan dalam menyampaikan konsep

      • 10.
      • Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari -- hari

      • 11.
      • Mengaitkan dengan pelajaran lain

      • 12.
      • Memberi penguatan positif bagi siswa

      • Kegiatan akhir

      • 1.
      • Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

      • 2.
      • Memberi tugas kepada siswa

      • 3.
      • Tindak lanjut

      • Jumlah
      • 100
      • Kategori = baik sekali

      • Tabel 3.2 form observasi siswa
        • No.
        • Nama
        • Sikap Siswa di Kelas
        • Total Skor
        • Memperhatikan guru
        • Bertanya kepada guru
        • Mengerjakan tugas dengan antusias







        • Jumlah





        • Rata - rata





      • Hasil dan Pembahasan

        • Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline