Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kenshin Himura: Kuat Tak Harus Bertarung

Diperbarui: 2 April 2016   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: wallpaper-collect.blogspot.co.id"][/caption]Kenshin Himura. Atau lebih dikenal sebagai Battosai sebelum era Restorasi Meiji. Menjadi pembunuh dan pembantai yang sangat hebat di masanya, hingga akhirnya berubah total setelah era Bakumatsu berakhir: menjadi seorang pengembara. Pedang yang menjadi “hidup”-nya untuk mengakhiri hidup orang lain juga ikut merasakan perubahan sang samurai, dari tajam dan membunuh menjadi sebuah sakabato untuk melindungi orang lain.

Kisah Kenshin dalam anime Samurai-X dimulai di sini. Saat ia memutuskan untuk hidup dalam pengembaraan dengan pedang bermata terbalik. Melindungi orang lain, dan tak ingin bertarung lagi. Bekas luka di pipinya mungkin tak akan pernah hilang, begitu juga luka dalam hatinya yang telah menggunakan kekuatannya untuk melukai begitu banyak orang, namun ia telah menutup masa itu, meski jiwa seorang pembantai kadang bisa kembali begitu saja.

Ia memang telah menjadi pengembara, namun kekuatannya terlanjur terkenal. Banyak pendekar yang begitu penasaran dengan kehebatannya, dan berusaha memunculkan kembali Battosai Si Pembantai. Tantangan yang selalu berusaha ditolak oleh Kenshin, meski pada akhirnya pertarungan terpaksa harus terjadi dan selalu dimenangkan oleh Kenshin.

Ya, terlanjur terkenal. Bagaimanapun, sejarah tentang Battosai tak akan pernah hilang dalam ingatan masyarakat Jepang. Seorang pendekar aliran Hitenmitsurugi yang sangat kuat meski dengan perawakan yang begitu kurus. Bahkan pemerintah sampai harus meminta bantuan Kenshin untuk menghentikan Shisio yang berambisi menguasai Jepang.

Namun, “reputasi” itu tak terlalu dianggap berlebihan oleh Kenshin. Sejak memutuskan menjadi pengembara dan “membalikkan” mata pedangnya, ia selalu berusaha menolak untuk terlibat dalam sebuah pertarungan yang tak perlu.

[caption caption="Sumber gambar: artofanime.com/"]

[/caption]

Kenshin jelas kuat. Tapi respon yang ia perlihatkan dengan tantangan-tantangan yang terus berdatangan (mulai dari Sanosuke Sagara, Kurogasa, Shinomori Aoshi, Sojiro Seta, Makoto Shisio, hingga Yukishiro Enishi) mungkin bisa jadi sebuah pembelajaran. Ia menolak bertarung, bukan karena ia tahu ia berada di bawah lawannya, namun karena ia tahu bahwa kekuatannya tak boleh digunakan sembarangan.

Menjadi kuat adalah amanah. Menjadi kuat berarti memiliki tanggung jawab. Menjadi kuat adalah untuk melindungi orang lain. Kekuatan dalam sebuah realita kehidupan bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari kecerdasan, harta, hingga jabatan. Hal-hal itu adalah sesuatu yang mungkin tidak dimiliki semua orang, yang diberikan Allah khusus kepada orang yang Dia kehendaki. Dan ia adalah anugerah sekaligus tanggung jawab, sesuatu yang harus digunakan untuk kebaikan.

Memiliki kekuatan akan selalu menghadirkan lawan, entah dalam konteks positif maupun negatif. Tantangan akan selalu ada, dan respon untuk menggunakan atau tidak menggunakan kekuatan adalah sebuah kebijaksanaan. Kadang, kekuatan tak harus untuk diadu jika memang tidak perlu, layaknya Kenshin yang seringkali berusaha untuk menghindari sebuah pertarungan. Bukan karena takut kalah, bisa jadi karena sudah tahu akan menang. Ada waktu dan tempat untuk menggunakan keistimewaan bernama kekuatan, untuk tujuan yang lebih mulia dari sekedar ambisi pribadi.

Mengalah untuk menang. Sedikit pembelajaran sederhana dari seorang tokoh anime anak-anak.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline