Lihat ke Halaman Asli

[Review Film] Perjuangan Meraih Mimpi dan Medali Emas dalam Dangal

Diperbarui: 8 Juni 2017   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini film India ketiga yang saya kupas dan tarik pelajaran dari kisahnya.  Diawali  “My Name is Khan” dan “PK”. Kini, “Dangal” menjadi mata pelajaran  tentang bagaimana sebuah cita-cita harus diperjuangkan dengan ngotot dan sehabis-habisnya, hingga berhasil. Sesuatu yang semula mustahil, menjadi kenyataan, semata-mata karena tekad kuat untuk menggapainya.

Mahavir Singh Phogat (dimainkan dengan sangat apik oleh Aamir Khan) adalah pegulat amatir yang gagal meraih medali emas dunia untuk dipersembahkan bagi negaranya, India. 

Dendam yang membara di dadanya, melahirkan tekad bahwa anak (-anaknya), kelak,  harus menjadi juara dunia di cabang yang sama.  Dari situ, kemudian “Dangal” (yang berarti  wrestling competition atau kejuaraan gulat) mengirim pesan bagaimana sebuah visi harus diraih, yaitu hanya dengan tekad dan kemauan yang kuat untuk mewujudkannya.  Gigih, tekun, pantang menyerah.  Cita-cita, yang kelihatan mustahil sekalipun, menjadi kenyataan bila bermodal _perseverance_ .

Sial tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.  Istrinya melahirkan empat anak perempuan.  Hati Mahavir menciut, kecewa.  Beberapa snapshot menggambarkan dia sedang sedih, termenung, seperti tak tahu apa yang harus dilakukannya.  Cita-citanya padam sudah.  

Kisah seolah-olah akan usai, bersamaan dengan saat-saat keluarga bahagia itu melewatkan hidupnya di sebuah kampung dengan ekonomi yang pas-pasan.

Sampai kemudian terjadi peristiwa - yang kelihatannya biasa-biasa saja - namun mengubah jalan hidup kedua anak perempuan keluarga Mahavir,  Geeta dan Babita.

Di suatu siang, mereka  “membawa” kedua teman laki-lakinya  dengan wajah lebam dan  bonyok.  Mereka barusan dikalahkan oleh Geeta dan Babita, nampaknya dalam perkelahian tak imbang, dengan kedudukan 2-0 langsung.  Gara-garanya?  Biasa.  Kedua teman laki-laki tadi mengganggu dua cewek cantik,  dilawan, dan kemudian dikalahkan.

Kejadian yang sepertinya aib, ternyata berkah bagi sang ayah.  Seperti tersadar, Aamir menganggap  ini tanda bagus dari Tuhan.  Mengapa harus batal dengan cita-cita merebut medali emas?  Bukankah ada nomer perempuan untuk kejuaraan dunia wrestling?

Dari saat itu, hidup mereka berubah total.  Geeta dan Babita disulap menjadi remaja macho. Rambut potong pendek.  Pakaian gulat dikenakan.  Sekolah ditinggalkan dan hidup diisi hanya dengan latihan dan latihan.  Latihan yang menempa mereka untuk menjadi pegulat tingkat dunia dengan cita-cita meraih medali emas.  Tentunya dengan bobot yang keras, sangat keras.

Sulit dikisahkan, bagaimana penderitaan kedua remaja cantik tadi dalam memenuhi ambisi ayahnya.  Tak jarang mereka diledek dan dicemooh teman-teman dan masyarakat.

Tidur dengan badan bengkak hasil latihan.  Sakit, nyeri, bahkan luka-luka, menjadi hal rutin yang mereka dera.  Tapi, sang ayah, sekaligus pelatih tunggal, bergeming.  Ayah tak peduli dengan ujaran masyarakat sekitarnya.  Dia hanya fokus dengan cita-citanya.  Tujuan hanya satu,  medali emas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline