Jumat malam suasana Markas Kodim 0831/Brawijaya Surabaya terasa berbeda. Pasalnya disana diadakan Latihan Kader Khusus I (LAKSUS I) Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI) Cabang Surabaya. Laksus I yang diadakan tingkat nasional oleh LTMI Cabang Surabaya yang untuk pertama kalinya menggandeng kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) membawa tema ‘Membentuk Karakter Insiyur yang Solutif, Profesional dan Aplikatif serta Turut Andil dalam Pembangunan Daerah Guna Menghadapi Persaingan Global’. Kegiatan yang diadakan secara periodik setiap tahun oleh LTMI Cabang Surabaya ini selain sebagai pola perekrutan kader umat dan kader bangsa yang sadar akan fungsinya untuk mewujudkan masyarakat adil makmur melalui teknologi juga digunakan sebagai usaha untuk merajut kembali romantisme HMI dengan TNI. Ditemui secara terpisah, Koordinator Steering Committee Laksus I LTMI Cabang Surabaya Bayu Susatyo mengatakan, “Kemajuan teknologi diawali dari teknologi perang, seperti contoh kemunculan Internet. Internet diawali karena adanya perang antara blok barat dengan timur. Berangkat dari hal tersebut, LTMI cabang Surabaya bekerja sama dengan TNI dari Kodim 0831/Brawijaya Surabaya mengadakan Laksus I tingkat nasional ini agar merangsang para peserta sebagai kader umat dan kader bangsa untuk menciptakan sebuah teknologi yang terbaru demi kemadirian bangsa”.
Kegiatan yang diikuti oleh utusan kader HMI cabang dari seluruh Indonesia ini, setelah melalui proses seleksi, membawa misi untuk membentuk karakter engineer yang membawa perubahan terutama di daerah. Dengan era globalisasi saat ini, pembangunan daerah menjadi salah satu senjata utama dalam menghadapinya. Dalam sambutannya, Komandan Kodim 0831/Brawijaya, Letkol. Inf. Dodiet Lumwartono, S.Pd. menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak LTMI Cabang Surabaya yang telah melibatkan pihaknya beserta jajaraannya dalam mendukung kemandirian bangsa melalui teknologi melalui pelatihan ini. Beliau juga memberikan pesan kepada seluruh elemen mahasiswa, terutama mahasiswa islam, agar selalu bersama-sama dengan TNI untuk menjaga keutuhan Negara Indonesia. Dekan FTK-ITS yang juga Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Surabaya Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D., M.RINA. dalam Studium General mendorong mahasiswa teknik khususnya para kader LTMI untuk terus berkarya mengembangkan potensi diri dengan meningkatkan jiwa makership agar bangsa Indonesia melalui generasi mudanya tidak bergantung kepada negara lain. Sehingga masyarakat adil makmur yang diharapkan dan dicita-citakan oleh founding fathersbangsa Indonesia bisa tercapai.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini, sejak 3 sampai 5 Juni 2016, membawa tagline Energi Terbarukan, Transportasi, dan Lingkungan. Tiga hal ini yang menjadi kebutuhan bangsa Indonesia agar segera direalisasikan. Dalam Laksus I yang mendatangkan pemateri-pemateri berkompeten di bidangnya ini dijadikan tempat untuk para engineer muda yang menjadi peserta mampu menemukan titik kreatifitas paling tinggi untuk menciptakan sebuah teknologi baru agar permasalahan Energi terbarukan, Transportasi, dan Lingkungan teratasi dengan segera. Pemilihan tema yang berisikan pembangunan daerah menurut Bayu Susatyo selaku Koordinator Steering Committee Laksus I tingkat nasional LTMI Cabang Surabaya bertujuan agar ketiga permasalahan tersebut harus diatasi dahulu sebelum mengatasi di tingkatan nasional. “Karena apabila ketiga permasalahan tersebut dapat teratasi dengan baik di seluruh daerah otomatis permasalahan tersebut di tingkat nasional juga pasti akan terselesaikan, tinggal bagaimana pemerintah pusat merespon solusi yang sudah dilakukan di daerah dengan membuat sebuah regulasi yang tepat”.
Permasalahan Energi terbarukan, Transportasi, dan Lingkungan ini yang menjadi concern utama penciptaan teknologi-teknologi terbaru tanpa campur tangan negara asing harus didukung oleh semua pihak. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI) Cabang Surabaya yang menjadi wadah bagi para mahasiswa teknik di seluruh penjuru Surabaya memiliki cita-cita besar terhadap penyelesaian ketiga permasalahan tersebut di atas di kota Surabaya sehingga keberadaan organisasi mahasiswa tidak hanya dipandang sebagai elemen kontrarevolusioner namun juga mampu menjadi problem solverbagi dunia ke-Insiyuran di kota Surabaya yang saat ini tengah menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H