Lihat ke Halaman Asli

Susanto

Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Termakan Omongan Sendiri

Diperbarui: 14 Juni 2024   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sapi Kurban (Sumber: https://www.pngwing.com/id/free-png-bgwfs/download)

Suara takbir menggema di langit desa Tegalejo. Masyarakat baru saja melaksanakan ritual tahunan, satu di antara dua hari raya, Idul Adha. Salat Hari Raya Idul Adha tahun ini masih dilaksanakan di Masjid Jami.

Beberapa ekor hewan kurban tertambat pada tiang-tiang di lapangan sebelah timur masjid. Tiga ekor sapi dan delapan ekor kambing. Para hewan kurban sebagian asyik menikmati rumput yang teronggok di depannya. Beberapa kambing mengembik dan berjalan berputar-putra. Mereka terlihat gelisah. Kambing-kambing itu seolah paham bahwa akhir hidup mereka tidak akan lama lagi. Ustaz Suyad sudah menyiapkan diri dengan goloknya yang mengkilap. 

Ustaz Anas pun tidak kalah sigap. Meskipun sudah berumur, tangan kekarnya siap memegang golok tajamnya yang siap memotong batang leher para hewan kurban. Ada satu lagi jagal kampung yang seharusnya datang. Akan tetapi, pagi itu ia tidak kelihatan batang hidungnya, Guru Leman. 

Guru Leman adalah orang alim yang mengajar di Perguruan salah satu ormas Islam terkemuka Indonesia. Guru Leman memiliki golok kebanggaan yang konon tajamnya setajam ... silet.

Guru Leman mengkhususkan diri menjadi penyembelih sapi. Apabila mata golok sudah menempel di leher sapi, sekali dorongan tangan saja maka kulit sapi yang liat akan segera menganga dan menjadi jalan mengucurnya darah. Tidak lama kemudian sapi itu pun tamat riwayatnya akibat kehabisan darah.

Sehari sebelum hari raya Idul Adha, Guru Leman berkata," Hewan itu memiliki keunikan, terutama sapi dan kuda. Kuda akan menendang jika kamu berada di belakangnya. Oleh karena itu, jangan coba-coba berdiri di belakang kuda dan melakukan gerak mencurigakan. Kuda akan menendang dengan kaki belakangnya. Bila mengenai organ vitalmu, hati-hati."

Kata "hati-hati" ia ucapkan beberapa kali, persis meniru presiden Jokowi ketika mengucapkan kata yang sama, hati-hati.

"Pak Guru, kalau sapi bagaimana karakternya? Aku sering lihat di TikTok sapi ngamuk dan menendang orang," kata Sahrul.

"O, beda dengan kuda. Anatomi titik berat sapi tendangannya ke samping. Coba kalian tonton insiden sapi menendang orang. Kebanyakan ia berada di samping, lalu si sapi menendang dengan salah satu kakinya."

Seperti mendapat komando, Sahrul dan kawan-kawan segera membuka aplikasi TikTok dan menuliskan kata kunci ditendang sapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline