Marno, meskipun kesal karena tidak dapat menemui teman-temannya, ia pijit kaki istrinya dengan sepenuh jiwa. Jemari tangan Marno yang kecil terlihat berjuang keras agar memberikan kenyamanan pada betis istrinya yang hampir sama besar dengan pahanya.
"Uhmmm ... Mas, enak," desah Marni menikmati pijatan sang suami.
"Enak di kamu ... nggak enak di aku. Mau ketemu teman SMP malah tidak jadi," gerutu Marno dalam hati sambil mengurut betis mulus sang istri meskipun besarnya di luar rata-rata.
"Yang kiri aja apa yang kanan juga?" tanya Marno pura-pura.
"Mas ... kakiku ada dua, lo," keluh Marni manja.
"Ya udah, geser sini kaki kanannya!" pinta Marno.
Demi sang istri tidak manyun lagi, Marno rela mengurut kaki belahan hatinya itu. Lagi pula salah Marno juga.
"Huh, di luar nurul!" cetus Marno tanpa sadar sambil mengurut kaki Marni dengan minyak urut kesukaan Marni.
Mendengar suaminya menyebut kata yang terdengar aneh itu, si istri sontak membalikkan badan.
"Apa katamu, Mas?"