Lihat ke Halaman Asli

Susanto

Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Salah Paham

Diperbarui: 12 September 2022   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.pngtree.com

Puisi karya Tiara dibacanya berulang-ulang. Ada rasa haru berselimut di dada. Kertas HVS setengah halaman itu ia dekap di dada. Kertas itu bergerak naik turun seiring udara dalam paru-parunya mengembang dan mengempis. 

Bolehkah Kami
Oleh: Tiara

Bolehkah kami meminta
agar pak guru jangan pensiun dulu
mendidik kami hingga lulus nanti
karena kami baru separuh jalan

Pak guru kami memang sudah tua
namun beliau penuh canda tawa
tidak pernah menghardik ataupun marah
dengan sabar mengajari siswa hingga bisa

Kalau boleh kami meminta
izinkan ia bersama siswa
berjuang menghadapi ujian
hingga kami lulus dengan gemilang

"Uti ... jika kamu masih ada, pasti kamu pun akan haru membaca puisi ini. Mengajar, mendidik, dan menyayangi yang pernah aku baca di Kompasiana mulai berbuah. Mereka masih mengharapkanku untuk membersamainya," lirih, lisan guru tua itu bergumam.

Pandangan mata lelaki itu menatap langit-langit kamar tanpa berkedip. Ada bayangan yang terlihat jelas di sana. Sosok Uti sang belahan hati yang belum lama pergi. Bayangan itu kian memudar lalu hilang ketika ia selesai berbicara. Bicara sendiri pada malam di ranjang yang sunyi.

Tangan kanan pak guru yang hampir pensiun itu mengusap sprei ranjang. Kosong. Hanya bantal guling dacron terbalut sarung bantal bermotif bunga kesayangan Uti. 

Dari dalam kamar yang pintunya belum tertutup ia melihat jarum jam belum menunjukkan pukul sepuluh. Namun, sedari tadi ia tidak bisa memicingkan mata. Perlahan ia bangun. Lalu, duduk di tepi ranjang dengan kaki terjuntai. Sesaat kemudian ia berdiri menuju sandal jepit refleksi yang selalu ia pakai di dalam rumah. Langkah kaki membawanya menuju meja kerja di sudut ruang, sebelah kamar tidurnya. 

Di meja kerja itu, laptopnya masih menyala meskipun dalam mode siaga. Sudah menjadi kebiasaan, ia belum memadamkan temannya bekerja itu sebelum yakin benar akan tidur di peraduan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline