Saya menulis ini setelah membaca tulisan pendek berjudul Antara "Olah Raga" dan "Olahraga" tulisan Saudara Bala Seda. Saya tertarik karena saya senang mencermati penulisan kata-kata bahasa Indonesia. Kadang suka 'usil' menanggapi kesalahan penulisan yang dilakukan teman atau siapa saja. Tidak ada maksud apa-apa selain berusaha untuk berbahasa dengan baik dan benar. Hal itu tidak lain demi wibawa bahasa nasional kita, Bahasa Indonesia.
Mengapa PON Bukan PORN?
Perhelatan olahraga terbesar di Indonesia yang diikuti oleh atlet dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia adalah PON. Pekan Olahraga Nasional yang digelar empat tahunan sekali itu sudah memasuki kali kedua puluh. Terakhir, PON digelar pada 2-13 Oktober 2021 di tanah Papua.
Bung Bala Seda menjelaskan dalam artikelnya bahwa pada mulanya kata olahraga ditulis terpisah. Sehingga istilah Pekan Olah Raga Nasional mestinya disingkat menjadi "PORN". Akan tetapi, akronim PORN itu berkonotasi negatif. Sehingga singkatan dari Pekan Olah Raga Nasional diusulkan tidak disingkat PORN, tetapi PON.
Jika Anda bertanya, "Bukankah gabungan kata dengan kata olah lainnya ditulis terpisah? Misalnya, olah gerak dan olah napas, ditulis terpisah?"
Ya, benar sekali. Ketiga gabungan kata itu ditulis terpisah. Mengapa? Karena, gabungan kata tersebut merupakan istilah khusus. Olah gerak, adalah rangkaian kegiatan aktif dan pasif dalam mengarahkan gerakan kapal di laut dan pelabuhan, misalnya sewaktu akan merapat di dermaga; manuver. Olah napas, memiliki makna melatih napas untuk menguatkan tenaga batin (kekuatan yang bersumber dari jiwa). Lihat KBBI Daring.
Lalu, apakah gabungan kata olah dan raga bukan merupakan istilah khusus?
Alasan kata olah dan raga ditulis serangkai atas "permintaan" tokoh olahraga agar Pekan Olah Raga Nasional tidak disingkat PORN bisa diterima meskipun data pendukung itu perlu dibuktikan. Namun, dalam aturan ejaan bahasa Indonesia (lihat https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/penulisan-kata/kata-turunan/) kata olahraga merupakan gabungan kata yang harus ditulis serangkai. Kata-kata tersebut adalah:
acapkali
adakala
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bumiputra
daripada
darmabakti
dukacita
hulubalang
kacamata
karyawisata
kasatmata
kosakata
manasuka
matahari
olahraga
padahal
peribahasa
perilaku
puspawarna
saputangan
sediakala
segitiga
sukacita
sukarela
syahbandar
Alasannya, kata olahraga dirasakan sudah padu benar.
Terlihat seperti tidak ada konsistensi, tetapi ketika sudah dibakukan maka kita ikuti kata baku tersebut. Oleh karena itu, tulisan Bung Bala Seda yang mengajak membiasakan diri menggunakan kosakata baku dalam percakapan maupun penulisan, sangat saya hargai. Terima kasih, Bang Bala Seda.