Lihat ke Halaman Asli

Susanto

Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Mahalnya Jajanan di Warung Tetanggaku

Diperbarui: 29 Agustus 2022   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga makanan ringan 1000K (Dok. Pribadi)

Kemarin saya mau membeli jajan di warung tetangga. Seperti biasa, jajanan untuk kudapan saya beli di warung tetangga. Berbelanja di warung tetangga itu banyak keuntungannya. Pertama, jelas silaturahim. Zaman sekarang sudah berbeda dengan dahulu. Sekadar bertandang atau ngendong (Bhs. Jawa) ke rumah tetangga sudah sulit. Alasannya, kesibukan masing-masing. Kedua, memberi rezeki kepada tetangga. Tetangga berjualan untuk menghidupi keluarga. Terlepas besar atau kecilnya warung, dengan berbelanja di rumah tetangga kita menghidupkan roda perekonomian lingkungan kita. Ketiga, menyehatkan badan karena bisa berjalan kaki. Boleh juga lari-lari kecil, sih. Tidak perlu naik kendaraan bermotor. Nah, ini cocok. Sebab, BBM katanya mau berubah harga lagi dan membesar pula nilainya. Terakhir, yakinlah Anda tidak akan ditawari "Tiga ratus rupiahnya boleh disumbangin, Pak?". 

Setelah sampai di warung tetangga, betapa kagetnya saya. Harga di warung tetangga saya itu, sangat mahal. Nih, penampakannya.

Snack ciki ciki (sebutan snack berbentuk bola-bola terbuat dari jagung atau beras) harganya fantastis, 1000K. Makanan lainnya lihat foto berikut ini.

Makanan ringan seharga 2000K (Dok. Pribadi)

Kacang, roti wafer dan sejenisnya dipatok dengan harga 2000K. Wow! Saya terdiam. 

"Gimana, Pak De. Mau beli jajan apa?"

Di rumah tidak ada anak kecil. Cucu belum punya. Ada cucu juga anak tetangga yang sering datang ke rumah memanggil "Mbah Ayah" atau anak tetangga depan rumah yang neneknya sering memanggilkan saya untuk cucunya "Mbah Guru". Jajanan yang saya beli ya, untuk dimakan sendiri. Menemani minum teh sambil menulis artikel.

"Tinggal milih, Pak De. Yang kanan seribuan. Yang kiri dua ribuan."

O, ternyata huruf K yang ditulis di belakang harga itu "tidak berfungsi".

"Mas, aku pikir harganya sejuta sama dua juta. Ha ha ha ...," komentarku sambil tertawa. "Duitku cuman sepuluh ribu!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline